Amarta Karya Optimis Raih Pendapatan Rp 1,5 Triliun di 2021

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 25 Februari 2021 | 15:26 WIB
Amarta Karya Optimis Raih Pendapatan Rp 1,5 Triliun di 2021
Direktur Utama PT Amarta Karya (AMKA) Nikolas Agung SR.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Amarta Karya (AMKA) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Konstruksi, optimis meraih target pendapatan hingga Rp 1,5 triliun pada tahun ini.

Direktur Utama AMKA, Nikolas Agung SR mengatakan, perusahaan saat ini merombak strategi dengan mengandalkan antara lain Strategic Partnership (kemitran strategis) sebagai motor dalam melipatgandakan pendapatan sekaligus untuk dapat berkontribusi dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional.

"Peningkatan pendapatan perusahaan akan diraih dari tender-tender yang diselenggarakan Pemerintah RI di lini bisnis terkuat AMKA, di mana total potensi pasarnya diperkirakan mencapai Rp 4.759 triliun hingga tahun 2024 nanti. Merujuk pada Rencana Jangka Menengah Pemerintah 2020-2024 dan Rancangan Rencana Strategis Kementerian PUPR 2020-2024, pembangkit listrik tercatat mempunyai potensi hingga Rp 1.121 triliun, residensial dan komersial berkisar Rp 780 triliun, dan airport sekitar Rp 36 triliun," ujar Nikolas, Kamis (25/2/2021).

Merujuk dari data tersebut, Nikolas optimistis bahwa target peningkatan pendapatan di tahun 2021 ini bukan hal yang muluk untuk dicapai perseroan, meski industri konstruksi tak luput dari terjangan pandemi Covid-19.

Menurutnya, AMKA akan lebih gencar dalam menerapkan strategi bisnis yang lebih inovatif dan efektif agar tetap dapat mencapai target yang ditetapkan di tengah kondisi pandemi saat ini.

"Kemitraan strategis menjadi salah satu strategi kunci untuk mengkonversi peluang di situasi yang sarat tantangan ini," ujar Nikolas.

Nikolas menambahkan bahwa dengan strategi tersebut, AMKA kini tidak hanya memposisikan diri sebagai kontraktor, namun juga mitra bagi pelanggannya dalam menyelesaikan ragam masalah yang dialami oleh pelanggan melalui realisasi proyek-proyeknya.

"Kami harus lebih mendekatkan diri pada pelanggan dan mampu menjadi mitra problem solver bagi mereka. Strategi ini kami sebut dengan project creation strategy," tegasnya.

Ia menjelaskan, bahwa setidaknya ada lima pihak yang menjadi bagian dari kemitraan strategis perusahaan yakni kemitraan dengan penyedia teknologi dan manufaktur, supplier dan subkontraktor, perusahaan-perusahaan EPC (Engineering, Procurement and Construction), para investor dan institusi finansial, hingga dengan pelanggan.

Baca Juga: Sektor Konstruksi Boleh Berjalan 100 Persen dalam PSBB Ketat di Jakarta

"Dengan business model yang tepat, maka kami dapat meracik solusi yang inovatif dan efektif bagi para pihak tersebut dalam menyelesaikan tantangan dan masalah yang mereka hadapi. Kemitraan strategis ini pula yang mendorong kami agar dapat terus tumbuh dan bertransformasi," ujar Nikolas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI