Suara.com - Bank Indonesia (BI) mengaku memiliki sejumlah strategi khusus agar perekonomian nasional bisa bangkit lagi dari pandemi virus corona.
Strategi khusus itu kata Gubernur BI Perry Warjiyo diibaratkan sebagai 'jamu manis' yang bisa digunakan untuk menstimulus imun perekonomian agar kembali sehat dan kebal.
"Semua jamunya BI itu jamu manis semua," tuturnya dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2021, Kamis (25/2/2021).
Perry menjelaskan jamu manis yang dimaksud adalah dengan melakukan relaksasi penurunan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate yang hingga saat ini berada di level 3,5 persen.
Baca Juga: BI dan Kemenkeu Beri Keringanan Ini Untuk Naikan Konsumsi Masyarakat
Tak hanya itu dia juga bilang, bank sentral terus melakukan stabilitas nilai tukar rupiah agar tidak terlalu volatile di level Rp 14.000.
Selain itu, BI juga melakukan menambahkan likiditas quantitative easing sebesar Rp 715 triliun, yang merupakan paling terbesar.
"Kami tambah likuiditas quantitative easing Rp 715 triliun, termasuk yang terbesar. Kami ikut berpartisipasi pembiayaan APBN, kami beli SBN dari Rp 473 triliun itu sebesar Rp 397 triliun untuk burden sharing," tambahnya.
Tidak hanya itu, BI juga sepakat untuk mendanai vaksinasi sebesar Rp 47 triliun. BI tahun ini juga membeli SBN sebesar Rp 40,99 triliun.
Kebijakan yang paling anyar, agar gairah ekonomi meningkat dengan mengeluarkan kebijakan batasan uang muka untuk pembelian kendaraan bermotor 0 persen dan pengembalian rumah bersubsidi atau KPR yang 0 persen juga.
Baca Juga: Program PEN Tidak Secara Langsung Pulihkan Ekonomi