Rupiah Pagi Ini Masih Perkasa Lawan Dolar AS

Kamis, 25 Februari 2021 | 10:12 WIB
Rupiah Pagi Ini Masih Perkasa Lawan Dolar AS
Ilustrasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. (ANTARA/Aditya Pradana Putra)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pergerakan nilai tukar rupiah pada Kamis pagi ini (25/2/2021) dibuka menguat dibandingkan penutupan Rabu (24/2/2021) kemarin. Atau bisa disebutkan IHSG menguat di saat pembukaan tadi.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp14.082 per dolar Amerika Serikat (AS), sedangkan penutupan Rabu berada di level Rp 14.085 per dolar AS.

Penguatan itu tertahan, pada pukul 09.30 WIB terpantau nilai tukar rupiah melemah dengan pembukaan di level Rp14.093 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat meninggi dengan penguatan indeks saham Asia yang mengikuti kenaikan besar indeks saham Amerika Serikat.

Baca Juga: Kamis Pagi, IHSG Naik ke Level 6.280 Tapi Rawan Longsor

Pasar menanggapi positif pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell di hadapan komite jasa keuangan DPR AS bahwa target inflasi mungkin baru akan tercapai tiga tahun lagi.

Oleh karena itu, the Fed masih akan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter.

"Kemajuan program vaksinasi global juga bisa membantu penguatan sentimen aset berisiko hari ini. Rupiah berpotensi menguat terhadap dollar AS dengan alasan di atas hari ini," ujar Ariston Tjendra dalam riset hariannya, Kamis (25/2/2021).

Namun, lanjut Ariston Tjendra, penguatan bisa terbatas karena kenaikan tingkat imbal hasil obligai pemerintah AS terutama tenor jangka panjang yang mendorong penguatan dollar AS terhadap nilai tukar lainnya.

Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun mencatat level tertinggi di 1 43 persen sejak Februari 2020.

Baca Juga: Produksi Minyak AS Turun 10 Persen, Harga Minyak Langsung Meroket

"Kenaikan tingkat imbal hasil ini masih karena respon pasar terhadap outlook kenaikan inflasi dengan membanjirnya stimulus di AS," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI