Apolin dan Politeknik ATI Padang Sepakati MoU Pengembangan SDM Industri

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 23 Februari 2021 | 07:24 WIB
Apolin dan Politeknik ATI Padang Sepakati MoU Pengembangan SDM Industri
MoU virtual antara APOLIN dan Politeknik ATI Padang.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) dan Politeknik ATI Padang menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding secara virtual pada Senin (22 Februari 2021) kemarin.

MoU ini berkaitan kegiatan pengembangan kurikulum link and match dengan kebutuhan industri, pelaksanaan kuliah kerja praktek dual system bagi mahasiswa Politeknik ATI Padang, pelaksanaan magang dosen Politeknik ATI Padang, dan penyelenggaraan kerjasama seminar/kuliah umum/dan atau penelitian serta pengabdian masyarakat.

“Kerjasama diantara dunia pendidikan, industri dan pemerintah menjadi suatu keharusan dalam mencari terobosan untuk menghasilkan SDM yang handal, menciptakan teknologi yang maju dan menghasilkan berbagai produk yang bernilai tambah tinggi serta kompetitif baik pasar domestik dan pasar global,” ujar Ketua Umum Apolin, Rapolo Hutabarat ditulis Selasa (23/2/2021).

Rapolo mengatakan, khusus tentang industri oleochemical di Indonesia dengan kapasitas 11,3 juta ton per tahun dan kalau digabung dengan nomenklatur Fatty acid methyl ester (FAME) atau yang kita kenal saat ini biodiesel yang merupakan kelompok oleochemical dengan kapasitas 12 juta ton per tahun.

Baca Juga: Soroti Pembangunan SDM Cerdas dan Unggul, Kemnaker Gelar Debat Virtual

”Maka total kapasitas oleochemical Indonesia saat ini telah mencapai 23,3 juta ton per tahun. Ini merupakan kapasitas terbesar di dunia yang berbasis baku minyak sawit," ujar Rapolo.

Adapun produk-produk oleochemical Indonesia saat Ini terdiri dari lima kelompok utama, (1) Fatty acid, (2) Fatty alcohol, (3) Methyl ester, (4) Glycerin dan (5) Soap noodle. Berbagai turunan dari kelompok utama tersebut tahun 2020 telah mampu di ekspor Indonesia ke berbagai belahan dunia sebesar 3,87 juta ton dengan nilai ekspor 2,64 miliar dolar AS.

Rapolo mengatakan dengan permintaan global yang senantiasa tumbuh positif. Apolin mengajak seluruh elemen bangsa terutama dari perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya untuk secara Bersama-sama mencari dan menggali berbagai teknologi unggul dan beragam produk oleochemical terutama untuk menghasilkan turunan yang lebih hilir lagi dari produk fatty acid, fatty alcohol, dan methyl ester tersebut yang sangat dibutuhkan industri di masa kini. Serta industri masa akan datang guna memenuhi kebutuhan masyarakat global.

“Penandatanganan MoU dengan Politeknik ATI Padang merupakan langkah sangat strategis bagi stakeholder industri sawit nasional sehingga link and match antara perguruan tinggi dengan dunia industri dapat terwujud secara bertahap,” ujar Rapolo.

Penandatangan MoU disaksikan oleh kementerian dan asosiasi sawit lainnya. Diantaranya Arus Gunawan (Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri), Lila Harsyah Bakhtiar (Kepala Sub Direktorat Industri Hasil Perkebunan Non Pangan Kementerian Perindustrian), Sahat Sinaga (Plt. Ketua Umum DMSI), Togar Sitanggang (Waketum GAPKI), Delima Hapsari (Ketua Umum GPPI), Agnes Irawan (Sekjen APOLIN), Ernest (Sekjen APROBI), Rino Afrino (Sekjen APKASINDO) dan jajaran pengurus/anggota APOLIN.

Baca Juga: Mantab! 12 Ribu Lebih SDM Kesehatan di Kepri Sudah Divaksin Covid-19

Dalam sambutannya, Direktur Politeknik ATI Padang, Ester Edwar menjelaskan, sebagai sebuah pendidikan vokasi, tentu hal utama yang menjadi fokus Politeknik ATI Padang adalah link and match antara kurikulum pendidikan yang diselenggarakan dengan kebutuhan industri.

"Penandatangan MoU dengan APOLIN merupakan usaha kami untuk memberikan jaminan penyelenggaraan pendudukan vokasi yang link and match dengan kebutuhan industri," ujar Ester.

Ruang lingkup Kerjasama yang disepakati dengan APOLIN adalah pengembangan kurikulum yang link and match dengan kebutuhan industri, pelaksanaan kuliah kerja praktek/magang dual system, pelaksanaan magang dosen, penyelenggaraan seminar, kuliah umum dan kerja sama penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

"Dalam waktu dekat kegiatan yang akan kami wujudkan adalah mengundang praktisi APOLIN memberikan kuliah langsung kepada mahasiswa kami sesuai dengan kompetensi yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, sehingga mahasiswa kami dapat mendapat pengayaan langsung dari pelaku industri baik tentang hal teknis maupun tentang soft skill yang harus dimiliki calon tenaga kerja industri," ujar dia.

Menurut Ester, Politeknik ATI Padang sudah melibatkan para praktisi industri secara langsung dan konsisten sejak penerapan kurikulum dual system pada 2018. Praktisi tidak hanya memberikan kuliah umum, tetapi terlibat langsung dalam mata kuliah inti tertentu pada setiap semester, berdampingan dengan dosen tetap.

"Biasanya pelaksanaannya kami lakukan dengan system Blok karena praktisi industri langsung datang ke kampus selama beberapa hari, Namun di masa pandemi ini, kami akan mengatur pelaksanaannya secara daring dan menyesuaikan dengan ketersediaan waktu praktisi," jelas Ester.

APOLIN, yang berdiri tahun 1995 dan berkedudukan di Jakarta merupakan asosiasi yang terhimpun dari perusahaan-perusahaan industri oleochemical di lndonesia yang saat ini beranggotakan sebanyak 11 perusahaan oleokimia.

Dari sebelas perusahaan anggota APOLIN, kata Ester, baru empat perusahaan menjalin MoU dengan Politeknik ATI Padang. Keempat perusahaan tersebut antara lain PT Ecogreen Oleochemicals, PT APICAL, PT Sumi Asih, dan PT Energi Sejahtera Mas.

Arus Gunawan, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri mengapresiasi kerjasama antara APOLIN dan Politeknik ATI Padang dalam rangka membangun link and match sumber daya manusia dengan industri.

“Pemerintah telah memiliki kebijakan untuk memperkuat struktur industri seperti harga gas, program hilirisasi, dan secara umum program subtitusi impor sebesar 35%,” ujarnya.

Kementerian Perindustrian menyiapkan 6 program prioritas untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) nasional yang berdaya saing di bidang industri.

Antara lain pengembangan pendidikan vokasi industri menuju dual system, pembangunan Politeknik/Akademi Komunitas di Kawasan Industri, membangun link and match SMK dan Industri, menerapkan pendidikan dan pelatihan (diklat) sistem 3 in 1 yakni pelatihan, sertifikasi kompetensi, penempatan kerja, pembangunan infrastruktur kompetensi dan sertifikasi kompetensi tenaga kerja industri, dan pendirian Pusat Inovasi dan Pengembangan SDM Industri 4.0

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI