Suara.com - Harga minyak dunia meroket karena didukung cuaca dingin yang ekstrim di wilayah selatan Amerika yang menutup sumur dan pengilangan minyak di Texas.
Menyadur CNBC, Rabu (17/2/2021) minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, ditutup melonjak 1 persen menjadi 60,05 dolar AS per barel, setelah menyentuh level tertinggi sejak awal Januari 2020.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 5 sen, atau 0,1 persen menjadi 63,35 dolar AS per barel, dekat puncak 13 bulan yang dicapai pada sesi sebelumnya.
"Suhu dingin menambah dukungan sisi pasokan di tengah banyak pembekuan sumur dan gangguan kilang karena beberapa fasilitas ditutup paksa akibat pembatasan aliran listrik," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Meroket ke Level Tertingginya Dalam 13 Bulan Terakhir
Analis Rystad Energy memperkirakan antara 500.000 hingga 1,2 juta barel produksi minyak mentah di Amerika Serikat akan ditutup karena cuaca dingin tersebut.
Sekitar 3 juta bph penyulingan ditutup, dengan beberapa penyulingan terbesar Amerika menghentikan pemrosesan, termasuk fasilitas Motiva Enterprises di Port Arthur, Texas, yang terbesar di negara itu.
Kekhawatiran pasokan Timur Tengah juga meningkat setelah koalisi pimpinan Arab Saudi yang memerangi kelompok Houthi di Yaman mengatakan bahwa mereka telah menghancurkan pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak yang ditembakkan Houthi di kerajaan tersebut, eksportir minyak terbesar dunia.
Pasokan diperkirakan meningkat pada musim semi ini karena produsen minyak OPEC Plus mengatakan mereka kemungkinan akan mengurangi pembatasan produksi setelah April seiring pulihnya harga. Meski begitu, produsen tetap berhati-hati tentang pandemi.
Data persediaan minyak Amerika dari asosiasi industri API dan Badan Informasi Energi (EIA) akan dirilis masing-masing pada hari Rabu dan Kamis, ditunda sehari karena hari libur di Amerika pada awal pekan ini.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terus Menguat, Kini Dibanderol 62 Dolar AS per Barel