Awali Pekan, IHSG Naik ke Level 6.244

Senin, 15 Februari 2021 | 09:27 WIB
Awali Pekan, IHSG Naik ke Level 6.244
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebagai ilustrasi [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal pekan ini dibuka menguat, adapun IHSG berhasil naik hingga level 6.244 setelah pada akhir pekan kemarin ditutup di level 6.222.

Melansir data RTI, Senin (15/2/2021) IHSG di awal pra perdagangan naik 21,8 basis poin ke level 6.244 atau menguat 0,35 persen.

Setelah dibuka tepat pukul 09.00 WIB, laju IHSG makin naik saja, indeks merangkak menuju level 6.272 atau 50 basis poin dengan menguat 0,80 persen.

Sementara itu indeks LQ45 juga dibuka ikutan hijau, pada awal pra perdagangan indeks ini naik 6,6 basis poin atau menguat 0,70 persen menuju level 960.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terus Menguat, Kini Dibanderol 62 Dolar AS per Barel

Pada level tersebut IHSG telah ditransaksikan sebanyak 22 juta lembar saham dengan nilai mencapai Rp 81 miliar dan volume transaksi mencapai 4,3 ribu kali.

Sebanyak 81 saham menguat, 234 saham melemah dan 125 saham belum ditransaksikan.

Meski dibuka menguat, Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan penguatan IHSG kali ini mungkin akan terbatas akibat dari minimnya sentimen. Hal ini karena IHSG dalam dua pekan terakhir sudah terkerek.

Dia memprediksi kemungkinan besar akan terjadi berpotensi konsolidasi dan berpeluang terjadi aksi ambil untung setelah kenaikan yang dialami.

"IHSG berpotensi bergerak dengan support di level 6.157 sampai 6.018 dan resistance di level 6.286 sampai 6.300," kata Hans Kwee dalam analisanya.

Baca Juga: Kasus Corona Melandai, Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Menguat

Sentimen domestik yang memengaruhi pergerakan IHSG pekan ini adalah Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan digelar Rabu hingga Kamis, 17-18 Februari 2021.

BI memiliki peluang untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 3,5 persen. Faktor yang menjadi pertimbangan adalah pertumbuhan ekonomi di kuartal ke IV yang relatif mengecewakan.

Selain itu, beberapa kali perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di awal tahun menekan perbaikan pertumbuhan ekonomi Nasional.

"Perlu ada upaya ekstra untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar bisa lebih," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI