Suara.com - Penduduk muslim di Indonesia mencapai 87 persen, tetapi produk keuangan syariah tidak mendominasi kehidupan masyarakat, kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso.
Wimboh berharap kehadiran Bank Syariah Indonesia -- hasil merger 3 bank syariah BUMN -- dapat menjawab permasalahan tersebut.
"Kami menyambut baik, BSI ini adalah salah satu ekosistem bagaimana bisa mengembangkan ekonomi syariah. Dan ini tentunya bagaimana kita bisa angkat ini, dan nggak hanya di keuangan saja," kata Wimboh dalam webinar bertajuk Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah, Pasca Merger Bank Syariah BUMN, Rabu (10/2/2021).
Wimboh menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi industri perbankan syariah nasional.
Baca Juga: Bos OJK Ibaratkan Bank Syariah Indonesia Bayi Raksasa yang Baru Lahir
Di antaranya, pangsa pasar atau market share saat ini baru sekitar 9,9 persen.
"Bahkan kita bercita-cita pada tahun 2000-an begitu kita me-role out perbankan syariah ini kita bercita-cita 20 persen (market share) tapi rupanya perjalanan waktu sulit sekali," katanya.
Kemudian, sejumlah bank syariah memiliki keterbatasan modal. Dia menyebut 6 bank syariah memiliki modal inti kurang dari Rp2 triliun dari total 14 bank umum syariah.
Selanjutnya, literasi keuangan syariah yang masih rendah jika dibandingkan dengan yang konvensional.
"Literasi bank syariah kita hanya 8,93 persen dibandingkan dengan nasional yang 38,03 persen, begitu juga dengan inklusi keuangan syariah yang baru mencapai 9,1 persen dibandingkan dengan konvensional yang telah mencapai 76,19 persen," kata Wimboh.
Baca Juga: Ketua DK OJK Ungkap Tantangan Industri Keuangan Syariah RI
Berikutnya keterbatasan sumber daya manusia di industri keuangan syariah.
"Terbatas kita bisa mendidik meng-hire orang-orang yang mempuni dalam bidang ini," kata dia.
Imbasnya competitiveness produk dan layanan keuangam syariah tertinggal jauh, akibat tidak adanya SDM yang berkualitas.
Tantangan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia berikutnya mengenai rendahnya research and development.
"Ini semua yang membuat kita harus bisa menyusun satu produk yang kualitasnya bagus, harganya murah, bervariasi dan mudah diakses oleh masyarakat secara gampang," kata dia.