Suara.com - Kehadiran PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk yang efektif beroperasi Senin kemarin diprediksi mendorong penerapan prinsip keuangan berkelanjutan (sustainability finance) semakin efektif dan kuat.
BSI yang merupakan entitas hasil merger tiga bank syariah Himbara diharapkan dapat mengungkit penerapan keuangan berkelanjutan dari perspektif Islam.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pun mengatakan BSI ibarat sebuah bayi raksasa yang baru lahir dan diharapkan menjawab semua tantangan industri keuangan syariah di dalam negeri.
"Agar bayi raksasa ini benar-benar menjadi raksasa yang memberikan kontribusi ke masyarakat dan menjawab tantangan permasalahan selama ini," kata Wimboh dalam sebuah webinar bertajuk 'Peluang dan Tantangan Perbankan Syariah, Pasca Merger Bank Syariah BUMN" Rabu (10/2/2021).
Baca Juga: 4 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Menurut dia penguatan kapasitas terkait permodalan dan sumber daya bank syariah menjadi momentum untuk mengakselerasi perkembangan industri keuangan syariah di kancah global dan regional.
"Kalau sekarang ini menjadi nomer 7 (BSI) tapi nantinya akan menjadi raksasa yang betul-betul menjadi player bukan hanya domestik dan global," katanya.
Wimboh menyampaikan, BSI sudah lama dinanti karena selama ini pemahaman dan penggunaan produk keuangan syariah oleh masyarakat masih minim.
Melalui kehadiran BSI kualitas layanan, jaringan, serta biaya untuk mengakses produk keuangan syariah berpotensi bisa membaik dan berjalan lebih efisien.
"Kami memberikan semangat kepada Pak Hery (Dirut BSI) dan teman-teman, ini harus banyak hal yang dilakukan. Kami mendukung bahwa bank ini nanti fokus kepada masyarakat kita yang notabenenya banyak di daerah. Ini akan menjadi bank yang inklusif untuk melayani masyarakat masyarakat di daerah-daerah, yang tentunya sangat membutuhkan kehadiran dari bank ini," katanya.
Baca Juga: Riau Bakal Punya Bank Syariah, Rencana April Di-launching
PT Bank Syariah Indonesia Tbk adalah bank hasil penggabungan dari tiga bank Syariah milik BUMN yakni PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank BRIsyariah Tbk. yang mulai beroperasi pada 1 Februari 2021.
Penggabungan ini menyatukan kekuatan ketiga bank syariah tersebut dan bertujuan untuk mengoptimalkan potensi keuangan dan ekonomi syariah Indonesia yang besar.
Didukung sinergi dengan perusahaan induk (Mandiri, BNI, BRI) serta komitmen pemerintah melalui Kementerian BUMN, Bank Syariah Indonesia memiliki visi untuk menjadi salah satu dari 10 bank Syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar dalam 5 tahun ke depan.
Bank Syariah Indonesia berstatus sebagai perusahaan terbuka yang tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham BRIS.
Pasca merger, Bank Syariah Indonesia adalah bank syariah terbesar di Indonesia. Per Desember 2020, Bank Syariah Indonesia memiliki total aset mencapai sekitar Rp 240 triliun, modal inti lebih dari Rp 22,60 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 210 triliun, serta total pembiayaan Rp 157 triliun.
Selain itu laba terkonsolidasi Bank Syariah Indonesia per Desember 2020 mencapai Rp2,19 triliun.
Dengan kinerja finansial tersebut, Bank Syariah Indonesia masuk dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset.
Dari sisi jaringan, Bank Syariah Indonesia didukung oleh lebih dari 1.241 kantor cabang, sekitar 2.447 jaringan ATM, serta didukung lebih dari 20.000 karyawan yang tersebar di seluruh Nusantara.