Suara.com - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menyebut pengoperasian pesawat Bombardier CRJ1000 bukannya memberikan keuntungan justru membuat rugi maskapai.
Menurutnya, alasan tersebut membuat maskapai mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ1000 ke perusahaan leasing.
Irfan mengungkapkan, selama 8 tahun operasional Garuda meraup kerugian rata-rata 30 juta dolar AS per tahun akibat penggunaan pesawat tersebut. Padahal, sewa pesawat sendiri hanya sekitar 27 juta dolar AS.
"Setelah digunakan oleh Garuda beberapa tahun tampaknya tidak sesuai dengan space kebutuhan yang ada di pasar Indonesia. Kami dari tahun ke tahun mengalami kerugian dengan menggunakan pesawat ini," ujar Irfan dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (10/2/2021).
Baca Juga: Erick Thohir Putus Kontrak Garuda Indonesia dengan Bombardier
Kendati demikian, Irfan menuturkan, pemutusan kontrak sepihak ini dilakukan maskapai sejak 1 Februari kemarin kepada pihak leasing Nordic Aviation Capital (NAC).
Saat ini, lanjutnya, 12 pesawat tersebut masih terpakir di Bandara Soekarno-Hatta dan tak dioperasionalkan untuk penerbangan komersil.
"Kami sampaikan selama 8 tahun operasi ini kinerja operasional penggunaan pesawat ini walaupun utiliasi sudah di atas penggunaan industri tapi tetap saja tidak hasilkan keuntungan atau ciptakan rugi yang cukup besar buat Garuda. Ke depan kami proyeksi kerugian akan muncul dengan menggunakan pesawat ini," ucap dia.
Menteri BUMN Erick Thohir memutuskan untuk mengakhiri kontrak pembelian pesawat Bombardier CRJ1000 yang dilakukan oleh Garuda Indonesia terhadap dua perusahaan leasing. Langkah ini, merupakan salah satu upaya maskapai lakukan efisiensi.
Erick menyebut, Garuda Indonesia merupakan maskapai yang mana biaya leasingnya paling tinggi di dunia yakni sebesar 27 persen.
Baca Juga: Garuda Indonesia Dapat Dana Rp 1 Triliun dari Penerbitan OWK
Terdapat dua leasing yang berkontrak dengan Garuda Indonesia terkait pembelian pesawat tersebut, pertama Nordic Aviation Capital (NAC) dengan 12 pesawat dan Eksport Develpoment Canada (EDC) dengan 6 pesawat.
"Karena itu saya dengan tegas dan manajemen sangat mendukung kita memutuskan untuk mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ1000 untuk mengakhiri kontrak kepada NAC yang memang jatuh temponya tahun 2027," kata Erick.