Ekonomi RI Babak Belur Dihajar Pandemi, BI Yakin 2021 Arus Investasi Deras

Selasa, 09 Februari 2021 | 15:56 WIB
Ekonomi RI Babak Belur Dihajar Pandemi, BI Yakin 2021 Arus Investasi Deras
Bank Indonesia
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus 2,07 persen sepanjang tahun 2020 ternyata lebih buruk dibandingkan perkiraan Bank Indonesia (BI).

Hal tersebut dikatakan Gubernur BI Perry Warjiyo saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI secara virtual, Selasa (9/2/2021).

"Terus terang ini lebih rendah dari yang kita perkirakan oleh Bank Indonesia," kata Perry.

Dirinya mengungkapkan bahwa BI sebetulnya memprediksi bahwa ekonomi Indonesia pada tahun lalu pertumbuhannya minus 1 sampai dengan 2 persen, tapi prediksi itu ternyata meleset.

Baca Juga: Waspada! Uang Pecahan Rp 100 Bergambar Jokowi Bukan dari Bank Indonesia

"Semula kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi antara minus 1 persen sampai minus 2 persen," katanya.

Faktor utama yang membuat ekonomi tumbuh jauh dari harapan kata dia, karena pada kuartal IV 2020 salah satu pengungkit pertumbuhan yakni konsumsi masyarakat justru turun dibandingkan dengan dua kuartal sebelumnya.

"Terutama konsumsi swasta. Masalah daya beli di triwulan IV/2020 mengalami kontraksi 3,61 persen meski membaik dari triwulan II dan III,” jelasnya.

Hal inilah kata dia yang membuat target yang dipasang BI meleset dari yang diharapkan, untuk itu dirinya berharap indikator beberapa ekonomi bisa kembali bangkit dan menguat.

"Grafik pergerakan kota besar meningkat pada November. Desember dan Januari melandai itu karena terjadi kenaikan kasus dan langkah-langkah penanganan Covid-19," pungkasnya.

Baca Juga: Bank Indonesia Sebut Ekonomi Lampung Membaik di Tengah Pandemi Covid-19

Meski demikian, kondisi ekonomi yang masih suram akibat pandemi Covid-19 tak menyurutkan Bank Indonesia untuk menatap kondisi ekonomi tahun ini penuh dengan keoptimisan.

Bahkan BI sendiri meyakini aliran modal asing yang akan masuk ke Indonesia pada 2021 akan semakin deras.

"Kami perkirakan aliran modal investasi portofolio tidak termasuk PMA ini 19,6 miliar dolar AS," kata Perry.

Angka ini pun kata dia merupakan aliran modal investasi yang paling besar setelah China, untuk itu dirinya berharap potensi ini jangan sampai hilang atau menguap begitu saja.

"Ini terbesar kedua setelah China dan berpotensi buat menjaga stabilitas eksternal," kata dia.

Perry menyebutkan, pada tahun 2020, jumlah aliran modal asing yang masuk hanya 9,45 miliar dolar AS. Ini terjadi karena sempat terjadi ketidakpastian pasar keuangan di bulan Maret 2020 lalu akibat adanya pandemi Covid-19.

Perry menyebut, modal asing sebesar 19,6 miliar dolar AS itu berasal dari investasi portofolio. Artinya, aliran belum termasuk investasi Penanaman Modal Asing (PMA).

Dia pun meyakini, aliran modal asing dalam bentuk PMA tidak kalah derasnya karena telah adanya Undang-Undang Cipta Kerja.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI