Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020 terkontraksi sebesar 2,07 persen.
Anjloknya pertumbuhan ekonomi ini sejalan dengan melorotnya konsumsi rumah tangga sepanjang tahun lalu yang tumbuh minus 2,63 persen.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, penurunan konsumsi rumah tangga ini hampir terjadi di seluruh penjualan barang konsumsi.
"Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit terkontraksi. Volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga tumbuh melambat," papar Kecuk dalam konfrensi pers secara virtual di Jakarta, Jumat (5/2/2021).
Baca Juga: BPS Khawatir Bencana Banjir Jadi Penyebab Kenaikan Harga Beras
Tak hanya itu kata dia penurunan konsumsi juga dipicu lemahnya permintaan konsumen pada sektor penjualan eceran.
Di mana kata dia penjualan eceran mengalami kontraksi pada seluruh kelompok pengeluaran.
"Antara lain pada penjualan makanan, minuman, dan tembakau. Kemudian, sandang, suku cadang dan aksesoris, bahan bakar kendaraan, peralatan informasi dan telekomunikasi, barang budaya dan rekreasi serta barang lainnya," katanya.
Sementara itu, penurunan konsumsi turut terjadi pada sektor lainnya yaitu jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara terkontraksi.
Lalu, PNBP berupa pendapatan pendidikan tumbuh menguat, sementara PNBP berupa pendapatan kesehatan juga ikut tumbuh negatif.
Baca Juga: Data BPS : Januari 2021 Inflasi 0,26 Persen
BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi cukup hebat dimana pertumbuhannya minus 2,07 persen, angka ini jauh lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya yang masih tetap positif diangka 5,02 persen.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan pertumbuhan minus 2,07 persen ini merupakan yang terburuk sejak krisis moneter tahun 1998.