Ekonomi RI Minus 2 Persen Lebih di 2020, Corona Biang Keroknya

Jum'at, 05 Februari 2021 | 09:55 WIB
Ekonomi RI Minus 2 Persen Lebih di 2020, Corona Biang Keroknya
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi saat pandemi.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi cukup hebat dimana pertumbuhannya minus 2,1 persen.

Angka ini jauh lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya yang masih tetap positif diangka 5,02 persen.

Pandemi virus corona atau Covid-19 menjadi biang kerok utama melorotnya angka pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu.

Jika dirinci, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I sebesar 2,97 persen, kuartal II minus 5,32 persen, kuartal III minus 3,04 persen, dan kuartal IV minus 2,19 persen.

Baca Juga: Data Ekonomi AS Menguat, Harga Minyak Dunia Melesat

"Sehingga secara kumulatif ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen," ucap Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konfrensi pers secara virtual di Jakarta, Jumat (5/2/2021).

Kecuk menjelaskan kondisi ekonomi pada kuartal IV 2020 telah menunjukan perbaikan tak hanya di tingkat global tetapi juga di tingkat domestik.

Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang tumbuh minus 2,19 persen, tetapi pertumbuhan yang negatif ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang minus 3,04 persen.

"PDB kuartal IV-2020 membaik dari kuartal sebelumnya walau secara keseluruhan masih melemah," katanya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 menjadi di kisaran minus 2,2 persen hingga minus 1,7 persen.

Baca Juga: Peran Jaringan 5G dalam Sektor Industri dan Kemajuan Ekonomi

Angka tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya di mana pertumbuhan ekonomi di perkirakan minus 1,7 persen dan masih bisa tumbuh positif di kisaran 0,6 persen.

Pasalnya, hingga akhir tahun Sri Mulyani memperkirakan konsumsi rumah tangga bakal minus 2,7 persen hingga minus 2,4 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI