Beredar Masker Palsu, Presiden Jokowi Minta Ada Standarisasi

Rabu, 03 Februari 2021 | 14:07 WIB
Beredar Masker Palsu, Presiden Jokowi Minta Ada Standarisasi
Petugas mengecek suhu tubuh Presiden Joko Widodo (kiri) sebelum disuntik dosis kedua vaksin COVID-19 produksi Sinovac di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (27/1/2021). [ANTARA FOTO]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Jokowi menginginkan adanya standarisasi dari sebuah produk masker yang digunakan masyarakat untuk menangkal virus corona atau Covid-19.

"Pak Presiden ingin ada standarisasi bikin masker yang digunakan masyarakat untuk memenuhi standar kesehatan," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (3/2/2021).

Tujuan utama dari standarisasi masker ini untuk memperkecil penularan virus corona dan juga tentunya melindungi masyarakat itu sendiri.

"Sehingga tentu akan juga efektif digunakan untuk menangkal Covid-19," katanya.

Baca Juga: Tidak Pakai Masker, 1 Pegawai Rumah Makan Pak Tjomot Gowa Reaktif Covid-19

Sebelumnya, Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19, Mariya Mubarika mengungkapkan bahwa peredaran masker medis palsu menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan banyak tenaga kesehatan di Indonesia terpapar COVID-19.

Mariya Mubarika mengatakan bahwa dalam pemantauan Satgas, ada beberapa kasus penularan di kalangan tenaga kesehatan yang diakibatkan oleh pemakaian masker yang tidak sesuai standar.

"Sekarang banyak ditemukan masker tanpa lapisan antivirus, jadi masker palsu yang sulit sekali tenaga medis untuk membuktikannya ini asli atau tidak," kata dr Mariya dalam jumpa pers virtual dari Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (2/2/2021).

Selain masker palsu, faktor lain yang menyebabkan nakes terpapar antara lain; kelelahan atau burnout, tertular di rumah atau lingkungan sosial, dan imunitas yang rendah.

"25 persen data global tenaga medis banyak tertular dari lingkungan sosial dan keluarganya, jadi banyak faktor," ucapnya.

Baca Juga: Cegah Corona Makin Meluas, Ford Kembangkan Filter Udara dan Masker Unik

Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia Kesehatan itu juga menyebut kebanyakan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 justru berasal klinik atau poli, bukan dari ICU atau ruang Isolasi Covid-19 yang memiliki aturan Alat Pelindung Diri yang ketat.

"Sekarang baik di Indonesia maupun di berbagai negara yang melaporkan itu memang lebih banyak di UGD kemudian di poli, jadi bukan di kasus yang terjadi ICU atau Isolasi itu malah sedikit, jadi diduga pasien asymptomatic (OTG) yang menularkan dokternya," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI