Suara.com - BRI dianggap mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan di tengah perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) di bawah 3 persen, atau tercatat sebesar 2,99 persen pada akhir Desember 2020.
Angka tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan NPL industri perbankan pada akhir 2020 yakni sebesar 3,06 persen.
Ditemui Selasa (1/2/2021), Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto mengungkapkan bahwa perseroan menargetkan akan menjaga NPL dibawah 3 persen hingga akhir tahun 2021.
“Kami optimistis mengenai hal tersebut, karena tren restrukturisasi yang semakin melandai seiring dengan aktivitas ekonomi yang mulai pulih,” tuturnya.
Baca Juga: BRI Sasar Kredit Usaha Ultra Mikro di Bawah Rp 10 Juta
Hingga akhir Desember 2020, BRI telah melakukan restrukturisasi pinjaman senilai Rp 186,6 triliun kepada lebih dari 2,83 juta debitur. Perbaikan kualitas kredit tersebut dimbangi BRI dengan pertumbuhan kredit diatas rata-rata industri.
Dari laporan keuangan BRI tahun 2020, BRI Group berhasil menyalurkan kredit senilai Rp 938,37 triliun atau tumbuh 3,89 persen year on year, jika dibandingkan dengan posisi kredit kuartal IV tahun 2019 sebesar Rp 903,20 triliun.
Pertumbuhan kredit tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional tahun 2020 yang diperkirakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berada dikisaran minus 1 hingga 2 persen.
Dengan kualitas kredit yang terjaga, BRI juga mencatatkan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage mencapai 237,73 persen. Besarnya pencadangan ini merupakan bentuk strategi perseroan untuk menjaga kinerjanya agar terus tumbuh secara sustainable melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik.
Baca Juga: Tahun Terberat telah Lewat, BRI Semakin Sehat dan Kuat