Suara.com - Pandemi covid-19 yang belum berkesudahan membuat pihak perbankan dan pengusaha masih takut-takut soal penyaluran dan pengajuan kredit baru.
Pasalnya, jika salah dalam mengambil keputusan kredit di tengah kondisi ekonomi yang tak pasti ini, bisa-bisa bukannya untung yang diraih malah jadi buntung.
Menyiasati kondisi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi agar kedua belah pihak mau kembali melakukan akad kredit.
"Untuk tahun 2021, dukungan kepada dunia usaha dalam bentuk belanja pemerintah dan pembiayaan ditujukan agar beban mereka, terutama yang sedang berutang, beban debiturnya dapat diringankan," kata Sri Mulyani dalam konfrensi KSSK secara virtual, Senin (1/2/2021).
Baca Juga: Pemerintah Bakal Terbitkan Paket Kebijakan Baru, Ekonomi Makin Lesu?
Sebetulnya kebijakan itu bukan barang baru, karena tahun 2020, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan serupa.
Namun, kondisinya kala itu yang masih sangat tidak pasti akibat pandemi membuat kebijakan tersebut tak dijalankan semestinya.
Sementara untuk tahun 2021, lanjut dia kondisi pemulihan ekonomi makin baik.
"Sehingga ini juga akan memberikan keyakinan kepada sektor perbankan untuk mulai berani memberikan pinjaman kembali terutama kredit modal kerja, dan juga keyakinan bagi para pengusaha untuk mulai meminjam kembali di dalam rangka untuk melaksanakan aktivitas kegiatan produktifnya," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan kebijakan suku bunga rendah dengan likuiditas longgar, yang membuat alokasi dana melimpah.
Baca Juga: KB Kookmin Bank Siap Jadi Mitra Terpercaya di Bidang Finansial
Hal itu dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan kredit, mendongkrak pemulihan ekonomi nasional agar segera keluar dari zona resesi.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, rendahnya suku bunga dengan likuiditas yang longgar diharapkan mendorong penyaluran kredit perbankan ke dunia usaha.
Untuk diketahui, pertumbuhan kredit perbankan pada Desember 2020 masih minus. Bank Indonesia mencatat laju kredit tahun lalu turun 2,41 persen secara year on year (yoy).
Posisi itu turun jauh dibandingkan akhir 2019, saat pertumbuhan kredit tercatat naik 6,08 persen.