PPKM Tak Efektif Tekan Corona, Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Melemah

Senin, 01 Februari 2021 | 10:45 WIB
PPKM Tak Efektif Tekan Corona, Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Melemah
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah. [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pergerakan nilai tukar rupiah pada Senin ini (1/2/2021) dibuka menguat terhadap dolar AS dibandingkan penutupan Jumat pekan kemarin.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp 14.032 per dolar AS, sedangkan penutupan Jumat pekan kemarin yang berada di level Rp 14.030 per dolar AS.

Pelemahan itu tertahan, terpantau pada pukul 09.39 WIB rupiah masih sama dari pembukaan di level Rp 14.032 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, kasus covid yang terus meninggi, terutama di Indonesia, yang dikhawatirkan akan terjadi pembatasan aktivitas ekonomi yang lebih ketat, bisa mendorong pelemahan rupiah.

Baca Juga: PPKM Tak Efektif Tekan Corona, IHSG Anjlok ke Level 5.784

Sedangkan, tuturnya, pagi ini terlihat indeks saham Asia kembali menguat setelah mengalami kejatuhan dalam di pekan lalu.

Ini kemungkinan karena awal bulan, para manajer aset mulai kembali mengkoleksi saham-saham.

"Minat terhadap aset berisiko ini mungkin bisa membantu penguatan nilai tukar emerging market terhadap dolar AS hari ini," ujar Ariston dalam riset harinnya, Senin (1/2/2021).

Sementara, tambah Ariston, ekspektasi para analis menunjukkan kenaikan inflasi di bulan Januari tidak setinggi bulan sebelumnya.

Ekspektasi sebesar 1,5 persen y/y vs 1,68 persen y/y data sebelumnya. Ekspektasi yang lebih rendah ini kemungkinan karena PPKM.

Baca Juga: Evaluasi Penerapan PPKM, Jokowi: Ekonomi Turun, Covid-19 Tidak

Tapi pasar mungkin sudah mengantisipasi hal ini. Kecuali nilainya jauh lebih rendah dari ekspektasi atau jauh lebih tinggi dari ekspektasi, mungkin tidak berpengaruh ke rupiah.

"Inflasi yang jauh lebih rendah dari ekspektasi mungkin bisa menekan rupiah karena itu bisa menunjukkan turunnya aktivitas ekonomi Indonesia," ucap Ariston.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI