Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan pekan pertama Februari 2021 dibuka merosot ke level 5.856.
Melansir data RTI, Senin (1/2/2021) IHSG diawal pra perdagangan turun 5,5 basis poin ke level 5.856 atau melemah 0,10 persen dibandingkan penutupan kemarin yang ditutup di level 5.862.
Setelah dibuka tepat pukul 09:00, laju IHSG makin anjlok saja, indeks terbakar menuju level 5.784 atau turun 77 basis poin dengan pelemahan 1,32 persen.
Sementara itu indeks LQ45 juga dibuka ikutan memerah, pada awal pra perdagangan indeks ini turun 1,5 basis poin atau melemah 0,17 persen menuju level 910.
Baca Juga: IHSG Anjlok 7,05 Persen dalam Sepekan Terakhir
Sebanyak 81 saham menguat, 234 saham melemah dan 125 saham belum ditransaksikan.
Pengamat pasar modal dari Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, melemahnya IHSG pada awal perdagangan kali ini disebabkan karena masih banyaknya sentimen negatif yang menyelimuti indeks.
"Masih banyak berita negatif sehingga mendorong bursa saham dapat kembali koreksi di awal pekan ini," kata Hans dalam analisanya.
Dirinya menyebut penurunan harga saham banyak mendorong terjadinya forced sell yang dilakukan perusahaan sekuritas untuk mengurangi posisi margin nasabah ritel juga menjadi pemberat pasar.
Hans menambahkan, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang dinilai tidak efektif akan menjadi sentimen negatif ke pasar saham.
Baca Juga: Pekan Terakhir Januari 2021, IHSG Ditutup Anjlok 117 Poin
"PPKM dikabarkan akan diperketat," katanya.
Selain itu kata dia sejumlah sentimen yang pengaruhi laju IHSG adalah soal rencana stimulus Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Pelaku pasar awalnya berharap awal Februari 2021 stimulus fiskal AS yang diusulkan Biden sudah dapat disetujui.
Akan tetapi, saat ini Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan terbuka untuk menyusun ulang proposal bantuan Covid-19 senilai 1,9 triliun dolar AS karena pemerintah mengejar kesepakatan.
"Hal ini membuat potensi tertundanya paket stimulus fiskal Biden empat sampai enam pekan ke depan. Ini menjadi salah satu sentimen negatif di pasar. Perkembangan stimulus fiskal akan sangat dicermati pelaku pasar," pungkasnya.