Suara.com - Pemerintah lewat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mulai memberlakukan tarif cukai hasil tembakau baru yaitu sebesar 12,5 persen.
Otomatis pada hari ini, harga rokok mulai naik akibat pemberlakuan tarif cukai hasil tembakau yang baru itu.
"Kebijakan hasil tembakau yang baru saja kita sampaikan baru efektif pada 1 Februari 2021," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers secara virtual, ditulis Senin (1/2/2020).
Menurut Sri Mulyani, pemberlakuan pada Februari ini untuk memberikan kesempatan kepada Jajaran Bea dan Cukai serta Industri untuk menyiapkan berbagai hal.
Baca Juga: Tarif Cukai Rokok Naik Hari Ini, Ekonom: Kendali Konsumsi Bukan dari Cukai
Mulai dari pencetakan pita cukai baru hingga penyesuaian harga rokok setelah kenaikan cukai rokok tersebut yang dilakukan Desember-Januari.
"Sehingga kita baru memulainya pada 1 Februari 2021, jajaran Bea Cukai akan membuat satuan tugas dalam rangka untuk melayani terkait dengan penerbitan dan penempatan pita cukai yang baru," ucap dia.
Sri Mulyani mengatakan, kenaikan cukai rokok itu terbagi atas beberapa golongan. Pada segmen Sigaret putih Mesin (SPM) Golongan I dinaikkan cukainya sebesar 16,9 persen.
Kemudian, untuk SPM Golongan IIA CHT-nya dinaikkan sebesar 16,5 persen, serta Golongan IIB juga alami kenaikan sebesar 18,1 persen.
Lalu, untuk sektor Sigaret Kretek Mesin (SKM) Golongan I bakal mengalami kenaikan CHT sebesar 16,9 persen.
Baca Juga: Kenaikan Tarif Cukai Rokok, APTI: Petani Tembakau Terancam
Selanjutnya, SKM Golongan IIA bakal naik sebesar 13,8 persen dan SKM Golongan IIB ikut alami kenaikan 18,1 persen
"Sementara itu, untuk industri jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT) tarif cukainya tidak berubah atau dalam hal ini tidak dinaikan. Artinya kenaikannya nol persen. SKT adalah yang memiliki unsur tenaga kerja terbesar," jelas dia.
Sri Mulyani menambahkan, dengan kenaikan cukai rokok berbagai segmen itu, maka rerata kenaikan tarif cukai sebesar 12,5 persen.