Transaksi Harian Bursa Tembus Rp 20 T, BEI Diminta Perhatikan Kondisi Pasar

Minggu, 31 Januari 2021 | 12:35 WIB
Transaksi Harian Bursa Tembus Rp 20 T, BEI Diminta Perhatikan Kondisi Pasar
Bursa Efek Indonesia (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Jadi meskipun investor mau melakukan penjualan di harga Rp50 dia harus menunggu di hari ke-9 untuk merealisasikan penjualannya karena adanya batasan penurunan maksimal 7%/hari.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan kondisi ARB yang lebih panjang memberikan dampak psikologis yang lebih besar, karena lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melikuidasi sahamnya menjadi Cash.

Apalagi jika penggunaan dana pembelian saham bukan menggunakan idle money tapi menggunakan hutang seperti pinjaman online ataupun penggunaan fasilitas margin yang disediakan oleh masing-masing broker.

“Di saat jatuh tempo harus membayar, investor tidak dapat merealisasikan karena kesulitan menjual sahamnya karena mengalami ARB dan semakin bertambah hari, beban bungapun semakin bertambah. Hal inilah yang banyak tidak diantisipasi oleh investor ritel dan sudah pasti hal tersebut karena kurang pemahaman atau edukasi bagi investor ritel terhadap mekanisme pasar, dan ini PR besar pemerintah dan regulator dalam mengedukasi investor sabagai bagian perlindungan investor,” ujarnya, Minggu (31/1/2021).

Investor ritel yang memiliki pemahaman yang minim, semakin mempertanyakan mekanisme bursa, ketika menyaksikan saat terjadi kenaikan harga saham yang signifikan, regulator begitu aktif melalukan suspensi. Sementara saat terjadi akumulasi penurunan yang signifikan regulator terkesan absen atau menutup mata terhadap kondisi tersebut.

Investor melihat, saat banyaknya emiten-emiten yang mengalami ARB secara beberapa hari berturut-turut, tidak ada satupun emiten yang dikenakan suspensi oleh Regulator karena penurunan harga tersebut. Terlepas dari argumen bahwa regulator memiliki mekanisme tersendiri secara sistem dalam penentuan suspensi karena kenaikan atau penurunan kumulatif harga saham, tetap saja ketidakpuasan atau protes investor menunjukan absennya transparansi mekanisme kebijakan yang dilakukan regulator bursa.

Tasril Jamal Investor Ritel berharap BEI bisa lebih tanggap dalam melihat kondisi saat ini, terkhusus yang menyangkut perlindungan bagi investor ritel. Ramainya influencer saham yang tidak mengerti investasi, termasuk hal yang harus disikapi oleh BEI, karena memberikan kerugian bagi investor pemula yang terpengaruh oleh hasutan (pompom) dari para influencer.

“BEI harusnya cepat tanggap, bukan hanya diam saja atau malah menyalahkan investor baru, BEI tugasnya bukan cari profit tapi bagaimana mengedukasi dan membuat aturan-aturan termasuk tanggap terhadap kejadian dimarket,” ujarnya.

Terkait dengan penggunaan margin dalam pembelian saham oleh investor ritel, Tasril melihat broker harus memiliki sense jangan hanya fokus mengejar nasabah untuk menggunalan margin, tapi juga memastikan bahwa nasabah tersebut paham akan resiko penggunaan margin saat kondisi market koreksi.

Baca Juga: 25 Saham Keluar dari Efek Marjin, Ini Daftarnya

“Otoritas yangg harus berinisiatif melakukan edukasi dan aturan lain seperti broker harus hati- memberikan margin trading kepada investor pemula, karena investor pemula kan nggak tahu detail resikonya,” ungkap Tasril.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI