Suara.com - Singapura menjadi negara paling banyak yang menanamkan investasinya di Indonesia sepanjang tahun lalu. Tercatat, Singapura menanamkan modalnya sebesar 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp 137,2 triliun (kurs Rp 14.000).
Sementara di posisi kedua ada China yang menanamkan investasinya sebesar 4,8 miliar dolar AS (Rp 67,2 triliun), Hong Kong 3,5 miliar dolar AS (Rp 49 triliun), Jepang 2,6 miliar dolar AS (Rp 36,4 triliun) dan Korea Selatan 1,8 miliar dolar AS (Rp 25,2 triliun).
"Tidak heran kalau Singapura, karena dia adalah hub investasi," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam konfrensi pers virtual, Senin (25/1/2021).
BKPM sendiri mencatat total investasi yang masuk ke Indonesia pada tahun 2020 naik 2,1 persen dari Rp 809,6 triliun pada 2019 menjadi Rp 826,3 triliun, realisasi ini juga tembus 101,1 persen dari target investasi yang sebesar Rp 817,2 triliun.
Baca Juga: Investasi yang Masuk ke Indonesia di Kuartal IV 2020 Rp 214,7 Triliun
Tentu capaian ini cukup menggembirakan, karena tantangan ekonomi pada 2020 cukup berat dengan adanya pandemi Covid-19.
Bahlil merinci realisasi investasi itu terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 413,5 triliun atau 50,1 persen dari total investasi. Realisasi PMDN ini naik 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 386,5 triliun.
Sementara, untuk Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 412,8 triliun atau 49,9 persen dari total investasi. Realisasi PMA justru turun 2,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 423,1 persen.
Berdasarkan sektornya, terlihat aliran investasi periode Januari-Desember 2020, terbesar mengalir pada sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi mencapai Rp 144,8 triliun.
Kemudian, investasi mengalir ke sektor listrik, gas, dan air sebesar Rp 102 triliun. Lalu, ke industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya Rp 94,8 triliun.
Baca Juga: Pemkab Bekasi Permudah Proses Perizinan untuk Tingkatkan Investasi
Disusul dengan sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp 76,4 triliun.