Pemerintah Selalu Siapkan Dana Cadangan Bencana dalam APBN

Jum'at, 22 Januari 2021 | 19:43 WIB
Pemerintah Selalu Siapkan Dana Cadangan Bencana dalam APBN
Banjir di Kabupaten Pekalongan [BNPB]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bank Dunia menilai Indonesia sebagai negara berisiko bencana dengan peringkat ke 12 dari 35 negara di dunia. Indonesia diminta menyiapkan anggaran darurat.

Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman, pemerintah selalu menyiapkan dana cadangan bencana dalam APBN sebagai kesiapsiagaan.

Namun upaya ini harus dilengkapi dengan kebijakan pendanaan yang bersifat proaktif untuk menurunkan dan memindahkan risiko yang dihadapi masyarakat dan keuangan negara, kata Luky.

Hal itu dilakukan melalui peningkatan pendanaan kegiatan mitigasi bencana dan pengasuransian aset masyarakat dan pemerintah baik pusat maupun daerah.

Baca Juga: Hadapi Bencana Alam, Indonesia Menghutang ke Bank Dunia Rp 7 Triliun

Upaya proaktif pemerintah dalam pendanaan kegiatan mitigasi ini tertuang dalam Strategi Pendanaan dan Asuransi Risiko Bencana atau Disaster Risk Financing and Insurance.

"Salah satu instrumen utama Strategi DRFI pemerintahan adalah inovasi skema pendanaan kolaboratif Pooling Fund Bencana," kata Luky dalam rilis,  Jumat (22/1/2021).

PFB adalah instrumen pendanaan utama pada Strategi Pembiayaan dan Asuransi Risiko Bencana dan merupakan skema mengumpulkan dana dari berbagai sumber, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, masyarakat dan mitra pembangunan untuk diakumulasikan dan dikembangkan bagi pendanaan penanggulangan bencana.

PFB akan dikelola oleh unit pengelola dana yang berbentuk Badan Layanan Umum di lingkungan Kementerian Keuangan. "PFB menyentuh mulai dari tahap prabencana, darurat bencana, hingga pascabencana," kata Lucky.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan pemerintah Indonesia akan terus berinovasi dalam memitigasi risiko, menangani bencana, serta memulihkan pembangunan pasca bencana.

Baca Juga: Penyaluran Bansos yang Tak Tepat Sasaran Jadi Sorotan Bank Dunia

"Dengan adanya PFB, respons di bidang pendanaan ini diharapkan lebih tepat sasaran dan tepat waktu," kata dia.

Untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam membangun PFB, Grup Bank Dunia telah menyepakati program Investment Project Financing with Performance-Based Conditions (IPF-PBCs) senilai 500 juta dolar AS.

Program ini akan disertai hibah senilai 14 juta dolar AS dari Global Risk Financing Facility. Sebanyak 10 juta dolar AS dikelola oleh Kementerian Keuangan.

Program ini mengawal reformasi kebijakan dan akan digunakan untuk membangun kapasitas keuangan dan kelembagaan PFB serta perbaikan tata kelola pendanaan penanggulangan bencana.

Dari catatan yang dimiliki Bank Dunia, Pemerintah Indonesia pada periode 2014-2018, sudah membelanjakan anggaran sekitar 90 juta dolar AS sampai 500 juta dolar AS per tahun untuk tanggap bencana dan pemulihan.

Sementara pemerintah daerah diperkirakan mengeluarkan 250 juta dolar AS selama periode yang sama.

Dia memperkirakan, biaya penanganan bencana akan terus meningkat karena terjadinya perubahan iklim dan meningkatnya urbanisasi.

Hal itu menjadi tambahan beban bagi belanja pelayanan pemerintah ditambah lagi saat ini masih terjadi pandemi Covid-19.

SIG pirim peralatan medis dan logistik

Bencana di Mamuju, Sulawesi Barat, menjadi perhatian banyak pihak. Salah satunya Semen Indonesia yang memberikan bantuan peralatan medis serta logistik untuk korban gempa di sana.

"Prioritas utama kami adalah penanganan medis untuk para korban serta bahan makanan, tenda dan terpal untuk pengungsian," kata Direktur Utama SIG Hendi Prio Santoso dalam rilis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI