Suara.com - Konsumen di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, mengeluhkan hilangnya dagangan tahu dan tempe di lapak pedagang dalam dua hari terakhir imbas mogok produksi di kalangan perajin kedelai.
"Sudah sejak tahun baru ini aja saya nggak ketemu lagi tahu dan tempe di pasar. Saya juga baru tahu hari ini kalau ada mogok kerja dari yang bikin (produsen)," kata salah satu konsumen tahu dan tempe, Nurohatun Hasanah (48), di Jakarta, Minggu (3/1/2021).
Nurohatun selama ini membutuhkan 30 sampai dengan 40 kilogram tahu dan tempe untuk digoreng dan dijual di warteg kawasan Jatinegara, Jakarta Timur.
Namun sejak komoditas berbahan baku kacang kedelai itu hilang dari pasaran, Nurohatun beralih menjual kentang goreng dan sayuran.
Baca Juga: Pengusaha Tahu Tempe Jakarta Mogok Produksi Pada 1-3 Januari
"Ada yang lain, misalnya ada kentang sayuran yang lain, kalau gak ada tahu tempe. Saya baru tahu kalau katanya kacang kedelai lagi susah," katanya.
Dia berharap produsen kembali memasok tahu dan tempe sebab penggemar makanan tersebut cukup tinggi di warungnya.
"Namanya orang Indonesia kan favoritnya tahu tempe. Seharusnya walaupun mahal harus diadain biarpun mahal," katanya.
Konsumen lainnya Windy (27) mengaku sudah dua hari terakhir tidak berjualan gorengan tempe dan tahu isi.
"Saya sering beli di pasar. Biasanya buat dagang gorengan, tapi dari tahun baru gak ada. Biasanya ada aja pedagang yang nyetok, tapi kemarin gak ada sama sekali, yang anterin juga gak ada. Katanya kacangnya lagi mahal," katanya.
Baca Juga: Warga Demi Opor Ayam Rela Berjubel di Pasar: Insya Allah Gak Apa-apa
Windy mengaku mengalami penurunan pendapatan hingga separuh dari biasanya sejak tahu dan tempe hilang dari pasaran.
"Kalau jualan sih tetap, tapi kan saya gak jual tahu dan tempe jadi pendapatan jadi turun sekitar setengahnya, karena dagangan gak komplit," katanya.
Warga Pulogadung itu berpesan kepada produsen agar harga tahu tempe bisa stabil, namun kalaupun harus naik harganya tetap wajar dan bisa terjangkau.
"Walaupun harganya naik, yang penting ada. Yang penting naiknya terjangkau. pelanggan nanyain juga, padahal baru seminggu lalu toge gak ada di pasaran," katanya.
Secara terpisah Sekretaris Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia Jakarta Handoko Mulyo mengatakan ketiadaan tahu dan tempe di pasaran merupakan imbas dari bentuk protes terhadap kenaikan harga kedelai dari Rp7.200 menjadi Rp9.200 per kilogram.
"Terhitung mulai 1 hingga 3 Januari 2021, kita stop produksi. Ada sekitar 5.000 pelaku usaha kecil menengah yang memproduksi tahu dan tempe, sepakat untuk mogok produksi," katanya.
Dikatakan Handoko, setiap harinya produsen memasok kebutuhan tahu dan tempe di Jakarta sebanyak 500 hingga 600 ton. [Antara]