Suara.com - Lutfi, terkulai lemas di atas kasur. Tubuhnya kurus dan hanya tulang terbungkus kulit saja Tubuhnya seperti tak ada daging, karena tak ada secuil pun makanan yang dia makan. Tetapi setiap hari dia harus buang air kecil dan besar.
Bukan karena tak ada makanan atau makanannya tak enak, tapi perutnya menolak untuk menerima makanan apapun, kecuali air mineral. Itu pun tak banyak.
Kian hari, kondisinya makin terpuruk. Dari berat badan 38 kilogram menyusut hanya 24 kilogram saja. Sangat kurus untuk remaja seusia 17 tahunan itu.
Namanya Muhamad Lutfi, tinggal di Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Dia, menderita sakit lambung dan radang usus. Penyakit itu dia derita akibat terlalu sering telat makan nasi dan memilih konsumsi jajanan pedas.
Baca Juga: Mudahkan Publik untuk Akses, BPJS Kesehatan Luncurkan Data 2015 - 2018
Pola makan yang tidak teratur itu, karena Lutfi terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan belajar dan organisasi di sekolah.
"Gejala awalnya diare berkepanjangan sampai aku dibawa ke rumah sakit karena udah terlalu banyak mengeluarkan dan nggak ada makanan yang masuk," kata Lutfi bercerita.
Lutfi mengaku, dirinya sudah memiliki penyakit mag sejak duduk di bangku sekolah dasar. Itu, kemudian semakin parah saat dirinya menginjak bangku SMK.
"Dari kelas lima SD aku udah punya penyakit mag. Karena banyak kegiatan yang dijalani saat SMK ini mulai dari organisasi, tugas sekolah, e-learning, dan lainnya kadang telat makan dan teman-teman pun ngajakin makannya yang pedes. Lama kelamaan lambungku sakit dan radang usus," ungkap Lutfi yang kini kelas XI di SMK Muhammadiyah Parakan, Pamulang, Tangsel.
Kondisinya semakin memburuk pada Agustus 2020 lalu dimana Covid-19 masih mewabah. Meski begitu, Lutfi tak langsung berobat ke rumah sakit lantaran terbentur biaya.
Baca Juga: Kemenkes Bantah Vaksin Covid-19 Gratis Hanya untuk Peserta BPJS Kesehatan
Kondisinya makin parah, berat badannya semakin turun drastis. Tubuhnya mulai menyusut dan alami kejang-kejang.
"Awal September baru dirawat di rumah sakit. Berat badan saya makin turun drastis sampai 24 kilogram dan sempat kejang-kejang. Tapi alhamdulillah, setelah itu ada perkembangan baik dan sampai akhirnya bisa sehat," tutur Lutfi berkaca-kaca terharu dengan kondisi yang dialami.
Lutfi, dirawat selama satu minggu di Rumah Sakit Sari Asih, Ciputat, Tangsel. Selama menjalani perawatan, Lutfi mengandalkan bantuan dari BPJS Kesehatan. Kalau tidak dibantu itu tidak ada BPJS Kesehatan, Lutfi tak bisa membayangkan kondisi dirinya bisa bertahan dari sakitnya hingga saat ini.
"Aku berobat pakai BPJS Kesehatan karena untuk bayar rumah sakit yang begitu mahal nggak mampu, karena aku bukan berasal dari keluarga yang mampu," ungkapnya mencoba tegar.
Saat sakit, Lutfi dirawat oleh tantenya bernama Neneng. Neneng pun merasa sangat terbantu, berkat adanya BPJS Kesehatan, keponakannya Lutfi kini bisa sehat lagi.
"Iya, kalo enggak pake itu (BPJS Kesehatan), mau dapet dari mana buat berobat," kata Neneng.
Saat ini, Lutfi sudah kembali sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa. Dia juga sudah mulai masuk ke sekolah sesuai jadwal yang telah ditetapkan dari pihak sekolah. Berat badannya pun sudah normal mencapai 40 kilogram.
Kini, dia lebih hati-hati konsumsi jajanan agar radang ususnya tak terjadi dua kali.