Jalan bebas hambatan atau tol mulai ada di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden ke-2 RI Soeharto. Jalan tol yang pertama kali dibangun adalah Jagorawi yang merupakan akronim dari Jakarta-Bogor-Ciawi.
Ide tentang pembangunan jalan tol berbayar pertama kali dicetuskan oleh Wali Kota Jakarta Sudiro yang menjabat pada periode 1953-1960. Sudiro mulanya ingin membangun jalan tol berbayar untuk mendapatkan dana tambahan demi pembangunan ibu kota.
Pembangunan jalan tol pertama di Indonesia ini mulai direalisasikan pada 1973-1978. Jagorawi merupakan jalan tol pertama yang dibiayai oleh APBN serta dari bantuan dan pinjaman dana asing.
Pada awalnya, tol Jagorawi memiliki panjang 59 kilometer dengan enam jalur, yaitu tiga di kiri dan tiga di kanan, dipisahkan median jalur hijau yang lebar serta jalur hijau samping (roadside) yang cukup luas.
Lajur jalan juga tergolong lebar, yakni 3,75 meter. Lebar lajur tol pada umumnya sekitar 3,5 meter. Jagorawi menghubungkan wilayah Jakarta, Cibubur, Citeureup, Bogor dan Ciawi. Biaya pembangunan mencapai Rp 350 juta per kilometer.
3. Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang)
Pembangunan jalan di Indonesia sempat tersendat menyusul krisis ekonomi yang terjadi pada medio 1998-1999. Perkembangan jumlah jalan tol baru sangat lambat.
Setelah Presiden Soeharto turun jabatan, hanya ada beberapa pembangunan jalan, salah satunya jalan tol Pondok Aren-Ulujami, Jakarta yang mulai beroperasi pada Februari 1999. Jalan ini memiliki panjang 5,55 km.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Jenis-jenis dan Pembagian Kategori Jalan di Indonesia
Setelah krisis ekonomi berangsur pulih, pembangunan jalan di Tanah Air mulai kembali digaungkan, terkhusus di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).