Suara.com - Pengolahan lahan food estate diharapkan selesai 100 persen akhir tahun ini. Saat ini, pengerjaan sudah mencapai 90 persen. Hal ini dikemukakan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, saat mendampingi Menteri Koordinator (Menko) Bidang Maritim dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, meninjau langsung perkembangan penanaman dan kawasan lahan lumbung pangan baru (food estate) di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara.
"Pengolahan lahan food estate ini sudah hampir 90 persen lebih, pengolahan sampai dengan membangun bedeng sudah sampai 70 persen. Desember ini, Insya Allah selesai 100 persen pemasangan mulsa dan penanamannya. Tinggal butuh menggerakkan lebih banyak orang dan tentu saja sesuai dengan target, Januari Insya Allah penanaman sudah selesai," ujarnya, Kabupaten Humbahas, Jumat (18/12/2020).
Syahrul mengatakan, kawasan lumbung pangan Kabupaten Humbahas merupakan pengembangan lahan pertanian berbasis hortikultura sebagai komoditi utama. Terdapat 3 komoditi yang akan dikembangkan di sini, diantaranya kentang, bawang merah dan bawang putih.
"Kita tinggal kita tunggu, bagaimana melakukan budidaya dan penjagaan sehingga bisa panen dalam waktu yang sudah direncanakan," kata Syahrul.
Baca Juga: Proyek Food Estate: Awas Bencana dan Konflik dengan Masyarakat Adat
Di kesempatan yang sama, Luhut mengatakan, progres pengerjaan lahan food estate sangat signifikan. Dalam empat tahun ke depan, lahan food estate Sumatera Utara ini akan diperluas sampai 30.000 hektare dan akan dikembangkan penanaman hortikultura.
Pada 2020, target pembangunan kawasan food estate Humbahas seluas 1.000 hektare. Tanah seluas 215 hektare dari APBN Kementerian Pertanian (Kementan) sedangkan 785 hektare dikelola oleh pihak swasta.
"Ini baru pertama di Indonesia, ada hamparan 215 hektare yang ditanami kentang, bawang putih dan bawang merah. Dari hasil data yang sudah dilaporkan Kepala Balitbang Kementerian Pertanian, hasilnya perkembangannya sangat baik," tambahnya.
Menko Luhut mengatakan kawasan lahan pengembangan food estate ini akan menjadi model percontohan untuk daerah lain sehingga kedepan kekurangan yang ditemui dalam proses olah lahan, budidaya, panen hingga pasca panen menjadi perbaikan di daerah lain.
"Nah kalau ini terus berjalan, rencana Pak Syahrul Limpo ini baru 215 hektare, nanti akan 1000 hektare. Total semua 30.000 hektare. Ini sebagai model sekarang. Saya rasa, kita belajar dari kekurangan-kekurangan di sini untuk perbaiki nanti di tempat lain," kata Luhut.
Baca Juga: Tinjau Food Estate di Sumut, Jokowi : Hasilnya Terlihat dalam 2 Bulan Lagi
Ia juga mengungkapkan, saat ini pemerintah sedang melihat dataran tinggi lainnya untuk dapat dikembangkan kawasan food estate. Seperti di Pulau Sulawesi atau Pulau Jawa, untuk dapat mengembangkan pertanian serta menyejahterakan penduduk di sekitarnya.
"Di Sulawesi, ada juga ketinggian 1000 - 1200 tanah meter seperti ini, nanti kita bikin lagi. Atau nanti di Jawa mungkin, 500 atau 1000 hektare seperti ini. Kita buat lagi. Swadaya hortikultura kita bisa selesai dalam 5 tahun ke depan," harap Luhut.
Ia menekankan, kawasan food estate tidak menganggu lingkungan hutan. Komoditi ditanam di tanah yang tidak tertanam pohon, sehingga hutan tetap terjaga dengan baik. Untuk menjaga tanah agar tidak longsor, juga akan ditanami kacang macadamia, kopi, dan tanaman keras lainnya.
"Hutan-hutannya tidak akan dipotong, jadi tanah-tanah yang tidak ada pohonnya itu, yang semak-semak itu, yang akan kita jadikan lahan. Lingkungan tetap terjaga," katanya.
Di sini ada kentang, bawang putih dan hutan akan tetap. Pak Kepala Balitbang juga menanam pohon macadamia, kopi, tanaman keras, supaya walaupun ini kemiringannya 15 derajat, kita jaga supaya tidak ada longsor," tutupnya.