Tarif CHT Naik, Pengusaha Rokok Langsung Protes ke Sri Mulyani

Kamis, 10 Desember 2020 | 19:03 WIB
Tarif CHT Naik, Pengusaha Rokok Langsung Protes ke Sri Mulyani
Tembakau merupakan bahan utama rokok. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perkumpulan Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok (GAPPRI) menilai keputusan pemerintah menaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) Tahun 2021 di masa pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) adalah tidak wajar.

Sebagaimana konferensi pers yang digelar oleh Kementerian Keuangan, Kamis (10/12/2020) angka kenaikan tarif rata-rata tertimbang 12,5 persen adalah sangat tinggi. Kenaikan masing-masing layer berkisar antara 13,8 persen sampai dengan 18,4 persen.

“Tidak wajar sebab kinerja industri sedang turun akibat pelemahan daya beli karena ada pandemi dan kenaikan cukai sangat tinggi di tahun 2020 kemarin. Apalagi saat ini angka pertumbuhan ekonomi dan inflasi masih minus,” terang Ketua Umum GAPPRI Henry Najoan dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (10/12/2020).

Dirinya membandingkan kenaikan cukai saat ini dengan kondisi normal. Dimana tahun-tahun lalu dalam posisi angka pertumbuhan ekonomi 5 persen dan inflasi 3 persen kenaikan cukai rata-rata 10 persen sudah berdampak pada penurunan produksi IHT sekitar 1 persen.

Baca Juga: Cukai Rokok Naik Lagi, Berapa Harga Rokok Tahun Depan?

Kenaikan cukai yang sangat tinggi di tahun 2021 diperkirakan akan berdampak pada semakin maraknya rokok ilegal, kematian industri menengah-kecil, serta serapan bahan baku.

“Kenaikan cukai yang tinggi ini menyebabkan gap harga antara rokok ilegal dengan legal semakin jauh. Bertambahnya jumlah penindakan rokok ilegal dapat diartikan semakin maraknya rokok ilegal, bahkan terus meningkat akibat gap yang semakin tinggi,” ujar Henry.

Perkumpulan GAPPRI menginformasikan bahwa industri belum mampu menyesuaikan dengan harga jual maksimal akibat kenaikan cukai tahun 2020 sebesar 23 persen dan HJE (Harga Jual Eceran) 35 persen.

"Harga rokok yang ideal yang harus dibayarkan konsumen pada tahun ini seharusnya naik 20 persen tetapi baru mencapai sekitar 13 persen. Artinya masih ada 7 persen untuk mencapai dampak kenaikan tarif 2020," ucapnya.

Perkumpulan GAPPRI mengaku keberatan dengan kenaikan tarif cukai 2021 yang sangat tinggi tersebut. Meski keberatan, industri hasil tembakau menghormati keputusan pemerintah dan akan menaati kebijakan yang telah dibuat.

Baca Juga: Pilu! Pacar Meninggal Diduga Gegara Rokok, Padahal Sudah Berencana Tunangan

Meski begitu, perkumpulan GAPPRI dalam kebijakan cukai 2021 mengapresiasi kebijakan tidak adanya kenaikan cukai pada jenis rokok Sigaret Kretek tangan (SKT).

Menurut Henry, di masa pandemi relaksasi lebih dibutuhkan oleh industri sebagaimana diberlakukan pada jenis SKT, dibanding beban kenaikan tarif cukai yang dibebankan pada jenis SKM dan SPM.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI