JK Heran Orang Kaya di Indonesia Umumnya Bos Perusahaan Rokok

Rabu, 09 Desember 2020 | 14:50 WIB
JK Heran Orang Kaya di Indonesia Umumnya Bos Perusahaan Rokok
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). (Suara.com/Ria Rizki)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla (JK) menyindir orang terkaya di Indonesia, dimana dirinya heran mengapa orang terkaya tersebut adalah seorang pemilik pabrik rokok.

Awalnya, JK bercerita bahwa keadaan ekonomi Indonesia sangatlah berbeda dengan sejumlah negara di dunia seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan hingga India. Perbedaan itu terletak dari orang-orang kaya negara tersebut.

"Keadaan ekonomi kita sangat berbeda di banding negara lain. Ekonomi Amerika perusahaan paling maju sekarang IT, dulu tahun 60-70 perusahaan raksasa paling kaya minyak Chevron, Exxon dan sebagainya. Di Jepang bankir SoftBank atau perusahaan lainnya, Korea Selatan IT juga Samsung, sementara India orang paling kaya di energi," kata JK dalam acara seminar internasional yang diselenggarakan oleh Indef secara virtual, Rabu (9/12/2020).

Namun untuk Indonesia kata JK, justru sangat berbeda, bahkan mungkin kata dia di dunia ini hanya Indonesia saja yang menempati orang terkaya adalah seorang pemilik pabrik rokok.

Baca Juga: Tembakau yang Dipanaskan Punya Risiko Lebih Rendah dari Rokok, Benarkah?

"Di Indonesia paling beda dengan negara-negara lain di dunia ini. Orang terkaya nomor satu, dua, dan tiga pengusaha rokok berarti orang Indonesia berani-berani, meski di bungkusnya ditulis dapat menyebabkan kanker, kematian tetap saja rokok maju. Jadi orang Indonesia berani walau diancam kanker dia nggak peduli," ucapnya.

JK pun mengakui bahwa dirinya memiliki perasaan bersalah, karena tidak bisa merubah hal tersebut ketika masih menjabat sebagai Wakil Presiden.

"Ketika kita mau naikkan pajak cukai rokok, tetap saja banyak orang mau beli, pendukungnya banyak termasuk di dalam pemerintahan," kata JK.

Kondisi ini tentu tak sehat, karena ini bisa mengancam kondisi perekonomian nasional ke depan, mengingat saat ini hampir selurun dunia kiblat ekonominya adalah digital.

"Jadi ini masalah yang harus kita hadapi dan kita akan hadapi. Karena pasti kalau pengusaha rokok yang terus 1,2,3 pasti enggak sustainable ekonomi kita," pungkasnya.

Baca Juga: Ratusan Bungkus Rokok Ilegal Diamankan di Ternate

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI