Suara.com - Ada beragam faktor yang melatar belakangi property seeker yang beraktivitas di ibu kota dalam memilih propertinya. Meskipun variabel faktor tersebut semakin banyak, setiap pencari properti pasti akan memperlakukan harga sebagai faktor yang paling utama saat mencari atau memilihnya.
Besar atau kecilnya harga pun juga dibandingkan dengan kestrategisan lokasinya. Jika lokasinya tidak sepadan atau tidak sesuai dengan keinginan mereka, otomatis hunian tersebut tidak akan dipilih oleh mereka.
Berkaitan dengan hal tersebut, sudah menjadi hal wajar jika para pencari properti berorientasi kepada wilayah-wilayah yang maju atau dalam fase pengembangan.
Problematika datang, khususnya kepada mereka yang banyak beraktivitas di ibu kota dan berkeinginan tinggal di sana. Ibarat pepatah, seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami, sangat kecil sekali kemungkinan mereka untuk menemukan rumah murah di Jakarta.
Baca Juga: Apartemen Jadi Pilihan Milenial sebagai Tempat Tinggal
Apalagi setiap tahunnya, baik harga tanah dan bangunan di Jakarta meningkat sangat tinggi.
Melihat masalah tersebut, solusinya adalah dengan memilih kawasan penyanggah atau satelit sebagai area tempat tinggal. Praktik pencarian properti pada kawasan satelit ini bukan tergolong baru, melainkan telah
Meskipun orientasi pencarian tempat tinggal ke kawasan ini adalah sebuah solusi, tidak sedikit hunian yang dikembangkan tidak mengakomodasi pencarian dalam sisi harga. Faktanya, harga yang ditawarkan juga cenderung lebih mahal melihat tingginya permintaan.
Terhubung Akses Transportasi
Menanggapi permasalahan tersebut, Novriyadi, Head of Property Research Lamudi.co.id, menyebutkan sudah saatnya masyarakat mengubah pola pikir mereka terkait kawasan satelit penyedia tempat tinggal.
Meskipun sering disebut kawasan perbatasan, ada banyak terminologi definisi dari kawasan penyanggah atau lebih dikenal dengan kawasan satelit. Misalnya saja kawasan yang didefinisikan memiliki akses langsung ke kawasan Ibukota via infrastruktur transportasi.
Baca Juga: 7 Kota Terbaik di Jepang untuk Tempat Tinggal
Novri mengungkapkan, meskipun tidak berbatasan langsung (kawasan perbatasan), ada beberapa kawasan dengan akses infrastruktur transportasi langsung ke kawasan ibu kota yang memiliki pengembangan sangat baik, baik dari tata kota maupun sektor penyediaan hunian murah. Ia mengungkapkan bahkan beberapa kawasan tersebut kini menyandang label sunrise property.
Ia mengambil contoh salah satu kawasan di Kabupaten Bogor, bernama Parung Panjang. Semenjak terhubungnya aksesibilitas dengan moda commuter line via stasiun Parung Panjang serta menjadi kawasan pengembangan hunian bersubsidi pemerintah, berbagai developer swasta pun turut hadir meramaikan penyediaan properti harga murah.
Sebut saja Greenwoods Group, yang mengembangkan perumahan Citaville Parung Panjang dengan harga 200 juta.
Tidak hanya perumahan Citaville Parung Panjang dan perumahan sejenis untuk masyarakat berpendapatan menengah ke bawah, sejumlah developer properti swasta turut mengembangkan perumahan untuk kategori pendapatan menengah.
"Selain Parung Panjang, masih ada lagi kawasan satelit yang dilabelkan menjadi sunrise property dengan penyediaan hunian murah. Beberapa ada di kawasan Kabupaten Tangerang serta Kabupaten Bekasi," imbuh Novri.