Suara.com - Muntik (40) berlega hati mendapat penjaminan penuh dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk menjalani operasi pengangkatan kanker payudara. Tak pernah menyangka sebelumnya, Muntik harus menjalani operasi pengangkatan total dan menjalani kemoterapi.
Semua ini berawal ketika pada bulan April 2020 lalu Muntik merasakan ada benjolan yang tak wajar di salah satu bagian tubuhnya.
“Tidak sengaja, waktu diraba ternyata ada benjolan yang tidak seperti biasa cukup besar. Akhirnya saya memeriksakan diri ke puskesmas terdekat. Dokter bilang kemungkinan fam atau tumor jinak. Tetapi dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan ke rumah sakit," ujar Muntik.
Ada perasaan takut dan ragu untuk menerima kenyataan jika akhirnya nanti hasil pemeriksaan lanjutan justru memberikan hasil yang lebih buruk. Namun perasaan khawatir membawa Muntik bertekad untuk mengikuti rekomendasi dokter melakukan pemeriksaan lanjutan dengan berbekal surat rujukan yang diberikan Puskesmas.
Baca Juga: BPJS Kesehatan Apresiasi Anggota KORPRI dalam Penerapan Protokol Kesehatan
“Ketika di rumah sakit, dilakukan tes laboratorium dan hasil sudah keluar dokter mengatakan saya mengidap kanker payudara. Harus dilakukan tindakan pengangkatan total sebelum terlambat. Namanya perasaan memang tidak bisa bohong, benar saja hasil tes ternyata menyatakan saya menderita kanker,” ungkap Ibu dua orang anak ini.
Tak membutuhkan waktu lama, keesokan harinya dokter dan tim medis RS. Bhayangkara Lumajang melakukan pengangkatan kanker yang bersarang di tubuh Muntik. Usai dioperasi Muntik menjalani rawat inap kurang lebih hampir 1 minggu sampai kondisi tubuhnya membaik. Tak sampai disitu, Muntik tetap harus berjuang dengan menjalani kemoterapi 2 minggu sekali. Sampai dengan saat ini sudah hampir 10 kali kemoterapi yang sudah dijalani.
Semua proses pengobatan itu diakui Muntik tanpa biaya. Muntik adalah salah satu peserta JKN-KIS yang dibiayai oleh pemerintah pusat atau biasa disebut peserta PBI-JK. Bantuan berupa asuransi kesehatan dari Pemerintah ini didapat 2 bulan sebelum ia didiagnosa kanker payudara.
“Sudah digariskan sama Allah, dapat kartu BPJS sebelum saya tahu kalau menderita kanker. Ini pentingnya punya BPJS. Sakit itu bisa datang kapan saja. Kalau orang mampu mungkin tidak bingung, kalau saya pasti sudah tidak sanggup membiayai pengobatan ini kalau tidak pakai BPJS. Suami saya petani, dan saya dulu bekerja sebagai tukang masak di warung. Sejak sakit saya berhenti," ujar Muntik.
Muntik menyampaikan ungkapan terima kasihnya karena meski iurannya dibiayai pemerintah, namun ia menyadari ada uluran tangan iuran peserta lain yang turut membantu biaya pengobatannya. Ia berharap makin banyak masyarakat yang menyadari petingnya memiliki jaminan kesehatan JKN-KIS. Baginya selain untuk melindungi diri sendiri, iuran yang dibayarkan juga bermanfaat juga untuk membantu biaya pengobatan peserta yang membutuhkan.
Baca Juga: Di Forum Internasional, BPJS Kesehatan : Indonesia Bersatu Tangani Covid-19
“Banyak yang mengandalkan BPJS untuk berobat. Harapan saya program ini tetap berlanjut dan terus memberikan kemudahan pelayanan berobat bagi yang membutuhkan,” tutup Muntik .