Suara.com - Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) mengungkapkan, pemerintah akan bangun pabrik pengolahan atau smelter nikel di Sulawesi.
Hal ini untuk hilirisasi bahan baku biji nikel untuk barang jadi, sehingga meningkatkan nilai tambah komoditi nikel.
Asisten Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenkomarves Tubagus Nugraha mengatakan, pemerintah akan memberikan berbagai fasilitas perizinan baik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah sesuai kewenangan dalam perundang-undangan.
Adapun akan ada beberapa smelter di antaranya, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Morowali, Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Konawe dan PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Baca Juga: Gara-gara Pandemi, Pembangunan Smelter Freeport di Gresik Ditunda
"Sebagai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Indonesia harus bangga dengan langkah PT CNI yang sangat strategis ini. Kami akan mendukung agar PSN ini berhasil," ujar Tubagus dalam keterangannya, Senin (23/11/2020).
Menurut Tubagus, Kabupaten Kolaka menjadi salah satu lumbung Nikel Indonesia.
Oleh karena itu, dengan menjadikan smelter PT CNI sebagai PSN, hilirisasi nikel akan menghasilkan nilai tambah dan mendorong percepatan ekonomi daerah dan nasional.
"Dan yang paling penting menciptakan lapangan kerja. Kami perkirakan, jika smelter PT. CNI beroperasi akan melebihi 4.000 tenaga kerja yang terserap," jelasnya.
Sementara itu, Deputi Direktur PT CNI Djen Rizal menjelaskan saat ini perusahaan sedang membangun pabrik pengolahan bijih Nikel Saprolit dengan teknologi RKEF yang terdiri dari total 4 line masing-masing 72 MVA, Rectangular Furnace melalui 3 fase pembangunan.
Baca Juga: DPR Rekomendasikan Cek Tiga Smelter Pemegang RKAB
Phase 1: 1 line 72 MVA, Phase 2: 1 line72 MVA, Phase 3: 2 line 72 MVA. Total umpan pabrik 5,6 juta per tahun 1,59 persen Ni.
Pembangunan dilakukan oleh konsorsium BUMN China ENFI dan BUMN Indonesia PT Pembangunan Perumahan (PP) di mana masing-masing merupakan BUMN yang terkemuka dalam bidangnya. Untuk produksi, rencana 252.000 ton per tahun Ferronickel (FeNi) 22 persen Ni.
PT CNI juga akan membangun pabrik pengolahan bijih Limonit dengan teknologi HPAL yang akan mengolah 6,8 juta ton bijih pertahun dengan rencana produksi lebih dari 103 ribu ton MHP per tahun (40.050 ton Nikel dan 4.118 ton Cobalt).
"Kapasitas listrik yang dibutuhkan sebesar 350 MW dengan umur pabrik diperkirakan dapat mencapai lebih dari 20 tahun operasi," kata Rizal memungkasi.