Suara.com - Harga minyak dunia meneruskan penurunannya pada akhir pekan lalu karena dipicu perkiraan pelemahan permintaan global.
Mengutip CNBC, Senin (16/11/2020) harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2020 turun 99 sen menjadi 40,13 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sedangkan harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari 2021 melorot 75 sen menjadi 42,78 dollar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Menurut Eugen Weinberg, analis energi Commerzbank Research, penurunan harga tidak hanya dipengaruhi kembalinya sentimen penghindaran risiko seiring masih berlanjutnya pandemi virus Corona (Covid-19). Namun, juga dipengaruhi merosotnya permintaan secara fundamental.
Baca Juga: 52 Juta Orang Terinfeksi Corona, Harga Minyak Dunia Ambles
Baik International Energy Agency (IEA) maupun Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) telah merevisi turun perkiraan permintaan minyak mentah global tahun ini.
Selain itu, Produksi minyak Libya telah meningkat menjadi 1,21 juta barel per hari (bph). Produksi minyak Libya naik dari 1,04 juta barel per hari yang dilaporkan pada 7 November oleh National Oil Corp.
Faktor yang juga menekan harga minyak, data pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah naik 4,3 juta barel per pekan lalu. Analis memperkirakan penurunan 913.000 barel.
Dalam sepekan terakhir, harga minyak WTI dan minyak mentah Brent masing-masing melambung 8,1 persen dan 8,4 persen.
Infeksi virus corona baru di Amerika Serikat dan di tempat lain terus meningkat. Sedangkan pengetatan pembatasan akan menyebabkan permintaan bahan bakar pulih lebih lambat dari yang diharapkan banyak orang.
Baca Juga: Vaksin Pfizer Buat Harga Minyak Dunia Terus Merangkak Naik
Kontrak WTI dan Brent melonjak minggu ini setelah data menunjukkan vaksin Covid-19 eksperimental sedang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan BioNTech Jerman.
Uji coba tersebut menyatakan 90 persen efektif. Tetapi pada hari Kamis, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan permintaan minyak global tidak mungkin mendapatkan dorongan yang signifikan dari sentimen vaksin hingga tahun 2021.