Suara.com - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian terus memacu inovasi teknologi tanaman hias guna mendongkrok kualitas dan volume ekspor sekaligus menambah devisa negara.
Selain itu, berbagai varietas unggul tanaman hias yang dihasilkan melalui penelitian juga akan memberi dampak luas serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Inovasi teknologi pendukung pengembangan krisan Balithi memberikan dampak kenaikan produksi 18 hingga 20 persen dari produksi krisan nasional. Apabila dirupiahkan, secara keseluruhan inovasi teknologi Balithi (varietas, benih, teknologi produksi), maka dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, Balithi telah memberikan kontribusi pada industri florikultura Indonesia sebesar Rp 311,6 miliar, dengan nilai RoI (Return of Investment) 2,30.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya terus melakukan terobosan salah satunya dengan ekspose inovasi tanaman hias yang memiliki potensi tinggi dapat tumbuh di alam Indonesia, baik dataran tinggi maupun rendah.
Baca Juga: Lebih Besar dan Tahan Lama, Ini Jenis Kedelai Unggulan Baru Buatan Kementan
Saat ini, Indonesia memiliki berbagai varietas khas tanaman hias yang sangat dibutuhkan bahkan diminati hampir seluruh negara di dunia seperti Jepang, Asia , Saudi Arabia, Arab, Inggris, Eropa maupun di Negara Amerika.
"Pengembangan ekspor sementara kita tata makin kuat dan makin produktif. Seperti bunga krisan kita sudah menghasilkan devisa besar. Kementan juga meakukan inovasi bunga krisan yang tadinya hanya bisa ditanam di dataran tinggi kini sudah bisa ditanam di dataran rendah," demikian ujar Mentan Syahrul pada acara ekspose inovasi tanaman hias di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Balitbangtan, Cipanas, Kamis (12/11/20).
Syahrul mengatakan pengembangan tanaman hias ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong ekspor komoditas unggulan sebagai sumber devisa. Di antara tanaman hortikultura yang dikembangkan secara komersial di Indonesia, tanaman florikultura memiliki potensi ekspor yang sangat tinggi. Pada saat ini preferensi pasar internasional mulai berubah ke arah tanaman hias tropis.
"Hal ini memberi peluang bagi para pengusaha di dalam negeri, mengingat potensi pengembangan tanaman hias tropis di Indonesia sangat tinggi karena Indonesia memiliki kekayaan genetik florikultura yang terbesar di dunia," jelasnya.
"Pengembangan industri florikultura memerlukan dukungan inovasi secara berkelanjutan yang berupa Varietas Unggul Baru dan teknologi pendukungnya. Ketersediaan inovasi unggul merupakan faktor kunci dalam pengembangan subsektor florikultura," jelas Syahrul.
Baca Juga: Kementan Prediksi Sektor Pertanian Bakal Terus Tumbuh Hingga 2021
Lebih lanjut, Syahrul menyebutkan kedepan Kementan akan melakukan sebuah langkah yang lebih besar dalam menghadirkan berbagai aktivitas komoditi pertanian yang makin terarah, makin maju dengan berbagai hasil riset, kemudian makin modern. Langkah ini tentunya merupakan bagian-bagian dari upaya-upaya untuk memandirikan masyarakat sehingga bisa bertumbuh dengan baik di seluruh Indonesia.
"Litbangtan menjadi penting untuk saya. Negara yang tertinggal itu karena Litbangnya yang tertinggal. Kenapa Jepang bisa lebih baik, kenapa Taiwan risetnya lebih baik, karena memiliki penelitian lebih berkualitas karena negara memfasilitasi sehingga riset itu makin berkembang dan itu menjadi ukuran," tuturnya.
Selain itu, tegas Syahrul, ditengah Pandemi Covid 19, pertumbuhan ekspor komoditas pertanian dan pertanian menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi untuk perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, sektor pertanian memiliki kekuatan yang sangat besar dan sektor yang paling siap untuk menunjang pertumbuhan ekonomi makro.
"Jika mau buat pesawat atau mau buat mobil atau kalau mau buat televisi masih panjang (lama) itu sehingga yang paling siap itu adalah pertanian saat ini. Karena itu, riset menjadi sesuatu yang utama memajukan pertanian yang berdaya saing," bebernya.
"Melalui ekspose inovasi tanaman hias ini para stakeholder dapat berkomunikasi yang ditindaklanjuti dengan inisiasi kerjasama di bidang pengembangan inovasi, termasuk komersialisasi teknologi," tegas Syahrul.
Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menambahkan kegiatan Ekspose Inovasi Tanaman Hias bisa menjadi wahana pertemuan antar stakeholder tanaman hias dalam rangka akselerasi inovasi florikultura untuk kesejahteraan dan urban farming yang modern, mandiri, dan berdaya saing. Dalam lima tahun terakhir, lanjutnya, kegiatan riset florikultura telah menghasilkan inovasi unggulan yang dapat dikembangkan para pengguna untuk mendukung pembangunan agribisnis florikultura.
"Hingga saat ini telah dihasilkan sekitar 268 varietas unggul baru tanaman hias, yang terdiri atas varietas krisan, anggrek, lili, anthurium, mawar, gladiol, gerbera, tapeinochilus, zingiber, alpinia, anyelir, sedap malam, dan impatiens. Bahkan, pada 2010, Balithi berhasil meraih rekor MURI sebagai institusi pelepas varietas terbanyak dalam kurun satu tahun sebanyak 25 varietas," katanya.
Fadjry menjelaskan inovasi teknologi lainnya adalah teknologi perbanyakan benih tanaman hias secara in vitro, massalisasi benih anggrek melalui teknologi embriogenesis somatik berbasis bioreaktor, teknologi night break, pemupukan, dan pengendalian hama/penyakit secara terpadu. Produk unggulan Gliokompos dan Bio Nutri saat ini telah dipatenkan dan dilisensikan, bahkan varietas Puspita Nusantara telah diekspor ke luar negeri seperti Jepang, Jeddah, dan Kuwait.
"Produk unggulan Balithi ini mampu memberikan economic benefit dan social impact yang cukup besar. Varietas unggul krisan Balithi, misalnya, mampu menggantikan sekitar 35 persen dari total varietas yang beredar di pasar dalam negeri. Disamping itu, Balithi melalui UPBS sudah mengedarkan benih sumber krisan sebanyak 7 jutaan benih yakni 30 persen dari jumlah benih yang beredar," ungkapnya.
Dikesempatan yang sama, Anggota Komisi IV DPR RI, Endang Setyawati Thohari mengatakan sangat bangga melihat hasil hasil penelitian dari Balitbang Kementan dan mendukung penuh program Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam mendorong inovasi teknologi pertanian untuk peningkatan produksi yang berdaya saing. Oleh karena itu, Komisi IV DPR RI mendorong penuh penambahan anggaran untuk Kementan di bidang rekayasa genetika atau Litbang.
"DPR akan memberikan dukungan perlunya penambahan anggaran karena sementara ini anggaran di Badan Litbang pertanian sangat rendah hanya 5 persen dari seluruh anggaran kementerian pertanian," ucapnya.
"Saya mewakili anggota komisi IV DPR RI ingin mendorong rekayasa genetika bunga ini untuk lebih populer lagi dan bisa dikembang untuk ekspor kedepan ke negara negara lain," tambah Endang.