Suara.com - Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini membuat kondisi dan proyeksi perekonomian menjadi semakin suram. Begitu juga dengan kondisi APBN yang semakin tekor akibat kebutuhan belanja yang meningkat, sementara realisasi penerimaan negara menurun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan risiko tersebut harus diambil pemerintah ketika opsi kebijakan fiskal counter-cyclical dipilih.
"Instrumen APBN penting untuk melakukan kebijakan kesehatan dan ekonomi, counter-cyclical sebabkan defisit APBN meningkat," kata Sri Mulyani sebuah webinar, Selasa (10/11/2020).
Akibatnya, kata dia, tahun ini defisit APBN diperkirakan mencapai 6,3 persen pada tahun ini sesuai dengan Perpres Nomor 72 Tahun 2020, sementara tahun depan menurut amanat UU APBN defisit diangka 5,5 persen.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Kebijakan Gas dan Rem Buat Indonesia Lebih Baik
Namun, kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, angka defisit ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa negara bahkan negara maju.
"Seluruh negara dunia defisit bahkan hingga double digit, negara maju semua di atas 10 persen kecuali Jerman," kata dia.
Maka dari itu kata dia kondisi saat ini menggambarkan dampak yang luar biasa baik bagi kondisi keuangan dan ekonomi.
"Seluruh instrumen kebijakan dilakukan atau digunakan, artinya instrumen fiskal dan moneter digunakan," kata dia.
Baca Juga: Sri Mulyani Ikut Senang Mendengar Hasil Uji Klinis Vaksin Pfizer