Indonesia Resesi Salah Satunya karena Masyarakat Malas Belanja

Kamis, 05 November 2020 | 16:35 WIB
Indonesia Resesi Salah Satunya karena Masyarakat Malas Belanja
Ilustrasi belanja.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, masyarakat kelas menengah ke atas masih belum mengeluarkan dananya untuk membelanjakan sesuatu pada kuartal III tahun 2020 ini.

Hal ini terlihat dari tingkat konsumsi rumah tangga yang masih minus 4 persen.

Meski demikian, Sri Mulyani menyebut tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal III ini lebih baik dibanding pada kuartal sebelumnya yang minus 5 persen.

"Konsumsi dari rumah tangga kelas menengah atas masih terbatas ini dikarenakan kondisi covid-19 memang belum berakhir," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (5/11/2020).

Baca Juga: Indonesia Resesi, Sri Mulyani Tetap Sebut Pertumbuhan Ekonomi Membaik

Menurut Sri Mulyani, tertahannya pengeluaran dana masyarakat kelas menengah ke atas dikarenakan masih banyak pembatasan-pembatasan di mal atau toko tertentu.

"Dengan adanya Covid dimana mobilitas menjadi terbatas maka konsumsi kelas menengah atas juga menjadi tertahan," ucap Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2020, dimana pada periode tersebut ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen secara year on year (yoy). Itu artinya Indonesia resmi menyandang status resesi.

Salah satu yang membuat pertumbuhan ekonomi negatif ini karena kinerja konsumsi masyarakat atau daya beli masyarakat yang belum pulih seutuhnya dari tekanan pandemi Covid-19.

BPS mencatat kinerja kuartal III masih mengalami kontraksi yang cukup hebat yakni minus 4,04 persen.

Baca Juga: Indonesia Resmi Resesi, Istana: Apa yang Harus Kita Lakukan?

"Konsumsi rumah tangga, pada kuartal III-2020 secara year on year memang masih terkontraksi 4,04 persen tapi tidak sedalam kuartal II minus 5,52 persen," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konferensi pers melalui video teleconference.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI