Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III sudah lebih baik meskipun Indonesia dinyatakan resesi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah masuk resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III minus 3,49 persen.
Perbaikan ini kata Sri Mulyani bisa dilihat dari hasil pertumbuhan kuartal III ekonomi yang tetap minus tapi lebih rendah dari kuartal II yang minus 5,32 persen.
"Hal ini menunjukan bahwa proses pemulihan ekonomi dan pembalikan arah atau turning poin dari aktivitas-aktivitas ekonomi nasional menunjukan ke arah zona positif," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (5/11/2020).
Baca Juga: Indonesia Resmi Resesi, Istana: Apa yang Harus Kita Lakukan?
Lebih lanjut, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga melihat indikator yang mendorong pertumbuhan ekonomi juga meningkat pada kuartal III.
Misalnya, pada penyerapan belanja negara yang terus meningkat sebesar 15,5 persen pada kuartal III yang didorong dari pengeluaran untuk bantuan sosial.
"Rilis BPS juga mengkonfirmasi bahwa percepatan realisasi Belanja Negara yang meningkat sangat pesat pada triwulan ketiga telah membantu peningkatan atau pembalikan dari pertumbuhan konsumsi pemerintah yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 9,8 persen year-on-year," ucap dia.
Menurut Sri Mulyani, angka pertumbuhan konsumsi negara pada kuartal III sangat naik drastis dibandingkan pada kuartal II yang minus.
"Apabila dibandingkan triwulan 2 yang mengalami negatif minus 6,9 persen jadi meningkatnya dari minus 6,9 persen melonjak menjadi tumbuh positif 9,8 persen atau turning Point yang melebihi 17 persen," pungkas dia.
Baca Juga: Waduh! BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi Minus 3,49%, Indonesia Resmi Resesi