“Untuk NTP, BPS perlu mengkaji ulang metode perhitungan selama ini. Walaupun angka NTP naik, angka itu masih bisa lebih tinggi karena perhitungan yang sekarang hanya digambarkan indeks yang diterima petani dibandingkan dengan indeks yang dibayarkan, hanya berkisar 98 sampai 103. Ini tidak menggambarkan kesejahteraan secara riil,” tuturnya.
“Seharusnya perhitungan dengan mengalikan indeks produksi atau disebut Income Term of Trade, contoh konkritnya petani mampu membeli motor, traktor, dan memperbaiki rumah, ini artinya petani memiliki kemampuan membayar yang relatif bagus,” pinta Arif.
Ditempat yang sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengucapkan terimakasih atas apresiasi pihak IPB atas kinerja satu tahun Kementan.
Menurutnya, perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membantu pemerintah guna memajukan sektor pertanian, yakni pendampingan program Kementan di tingkat lapang dan banyak hal-hal seperti kajian-kajian dan Inovasi yang dilakukan perguruan tinggi, khususnyan IPB yang dapat dimanfaatkan Kementan.
“Kemajuan sektor pertanian ini bisa berhasil jika semua lini seperti perguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah untuk turun mensukseskan program dari Kementan. Dengan diskusi seperti ini pemerintah (Kementan) mendapat masukan-masukan positif dan membangun” tegasnya.
Sebelumnya, Mentan SYL menegaskan memasuki satu tahun kinerja Kabinet Indonedia Maju, Kementan terus berupaya meningkatkan sinergitas dan kinerja sektor pertanian untuk meningkatkan perekonomian nasional. Menurutnya, momentum ini harus dijadikan pelecut untuk terus berakselerasi dan bekerja lebih keras lagi dalam memajukan sektor pertanian.
"Kita harus perkuat konsepsi dan pertajam program-program yang sudah berjalan. Apa yang kita capai satu tahun ini adalah kerja keras kita semua. Saya tidak dapat berhasil tanpa bantuan dan kerja keras dari seluruh stakeholder yang ada," tutur Komandan, sapaan akrab SYL.