Suara.com - Dentum palu bertemu logam nyaring terdengar. Sesekali, bunyi itu diselingi bising las. Di kejauhan, terlihat sejumlah orang tengah mengukir di atas bilah tembaga.
Kegiatan tersebut menjadi pandangan yang jamak ditemukan jika kita berkunjung ke Desa Tumang, Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Sebagai daerah sentra kerajinan logam, warga Desa Cepogo banyak yang mengandalkan mata pencahariannya sebagai pengrajin.
Rudi Hermawan, pemuda berusia 29 tahun, merupakan salah satu pengusaha muda yang memberdayakan para pengrajin di Desa Cepogo. Ia memiliki usaha kerajinan logam yang diwarisi turun temurun dari orangtuanya, bernama “Tumapel Art.”
Meski warisan, namun Rudi bisa dikatakan memulai segala pengembangan bisnisnya hampir dari nol, sekitar 11 tahun lalu atau saat usianya masih 18 tahun.
Saat itu, pertengahan 2009, Rudi berkeinginan mengembangkan usaha milik orang tuanya. Melalui berbagai pembenahan yang dilakukannya, Tumapel Art perlahan mulai berkembang. Segala perizinan usaha dibuat. Perluasan jaringan pemasaran juga dilakukan.
Upaya Rudi untuk mengembangkan Tumapel Art sempat terhenti selama 3 tahun, ketika ia harus menyelesaikan kuliah dan bekerja di luar kota. Baru pada 2016, ia kembali ke desa dan menerapkan semua ilmu dan pengalaman yang diperolehnya saat menjadi tenaga marketing di industri perbankan, untuk membesarkan Tumapel Art.
Keputusan Rudi tidak salah. Buktinya, setahun pasca Rudi kembali ke kampung halaman, meledak tren penggunaan chafing dish dari bahan kuningan. Karena ledakan tren saat itu, Rudi mulai kebanjiran pesanan.
Banyak restoran dan hotel dari berbagai daerah yang menghubunginya via akun Instagram @supplier_chafingdishmurah dan @tumapelart. Produksi Tumapel Art lantas melebihi kapasitas, hingga Rudi membangun galeri baru dan menambah tenaga kerja.
“Untuk naikkan kapasitas usaha saya akhirnya mendapat pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI mulai 2017. Dananya untuk beli bahan baku dan menambah karyawan. Alhamdulillah, omset sejak saat itu hingga tahun lalu mencapai Rp150 juta-Rp200 juta per bulan. Itu sudah termasuk pendapatan dari penjualan barang selain chafing dish,” tutur Rudi ketika dihubungi Selasa (27/10/2020).
Baca Juga: Cara Mudah Mengetahui Penerima BLT UMKM Rp 2,4 Juta di Bank BRI
Sayang, kinerja positif Tumapel Art terhenti sejenak karena pandemi Covid-19. Bencana ini menyebabkan tidak ada satu pun pesanan kerajinan logam yang diterima Tumapel Art sepanjang Februari-Agustus 2020.