Suara.com - Selama ini berbagai kecemasan pada jarak tempuh kendaraan listrik, degradasi baterai, dan harga uang muka pembelian baterai yang tinggi telah menjadi penghambat untuk adopsi kendaraan listrik.
Saat ini tercatat setidaknya ada 120 juta sepeda motor di Indonesia dengan kurang dari 0,1% di antaranya adalah sepeda motor listrik.
Indonesia sendiri adalah pasar sepeda motor terbesar ke-3 di dunia, setelah India dan Cihna, tetapi dengan kepadatan sepeda motor yang jauh lebih tinggi.
Sepeda motor mewakili lebih dari 85% dari total populasi kendaraan Indonesia. Dengan demikian, pengenalan sepeda motor listrik adalah cara tercepat untuk mengurangi total emisi kendaraan.
Bertentangan dengan keyakinan umum, sepeda motor listrik bisa menjadi lebih murah dibandingkan dengan sepeda motor tradisional yang menggunakan mesin pembakaran internal jika konsep berbagi baterai diperkenalkan.
Hal itu dikarenakan pengendara tidak perlu menanggung biaya di muka untuk baterai sepeda motor listrik, yang bisa menjadi 50% atau lebih dari total biaya kendaraan listrik.
Maka, tanpa subsidi pemerintah pun, sepeda motor listrik menjadi lebih murah, dan bahkan bisa bersaing dengan sistem BBM bersubsidi seperti yang diterapkan di Indonesia.
Kendaraan listrik adalah jawabannya dan Oyika memiliki solusi untuk menurunkan hambatan adopsi sepeda motor listrik (e-motorbike).
“Kami telah melakukan uji coba sepeda motor listrik dan penggantian baterai sejak bulan Juli 2020 dan juga telah memasang beberapa stasiun pertukaran (swap stations) di toko swalayan Alfamart sejak bulan September. Ada 11 swap stations yang disebarkan di Jakarta untuk uji coba tahap awal. Kami berencana untuk memasang 1000 swap stations di Jakarta pada tahun 2021," ujar Presiden Direktur Oyika Indonesia, Larry Lim dalam keterangannya, Selasa (27/10/2020).
Baca Juga: Mesin Bisa Mendadak Off, Harley-Davidson Recall Motor Listrik LiveWire
Oyika adalah sebuah perusahaan asal Singapura yang menerapkan konsep berbagi baterai untuk sepeda motor listrik di 2018.