Menkop UKM Blak-blakan soal 3 Masalah UMKM untuk Go Digital

Senin, 26 Oktober 2020 | 16:36 WIB
Menkop UKM Blak-blakan soal 3 Masalah UMKM untuk Go Digital
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. [ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menyebut tiga masalah yang dihadapi pelaku UMKM saat ingin beranjak ke digital. 

Pertama, terang dia, UMKM tak bisa memenuhi kapasitas produksi setelah produknya dipasarkan di e-commerce.

"Banyak UMKM yang gagal karena dia enggak bisa merespons permintaan, karena tak punya stok cukup karena modal terbatas," ujar Teten dalam sebuah diskusi secara virtual, Senin (26/10/2020).

Kemudian kedua, tutur Teten, kualitas produk UMKM yang belum bisa menyamai brand-brand besar yang saat ini juga memajang produknya di e-commerce.

Baca Juga: Jokowi Ungkap Inflasi Tidak Hanya Terjadi pada Kestabilan Harga

Terakhir ketiga, Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengatakan, pemahaman Sumber Daya Manusia (SDM) UMKM akan jualan online juga rendah. 

"Mereka (UMKM) terbatas SDM-nya, mereka habis modalnya untuk produksi jualan online harus bisa cepat. Kami membutuhkan reseller anak muda, kita kembangkan mahasiswa perlu biaya tambahan membantu UMKM jualan online," ucap dia.

Kendati demikian, Teten melihat, saat ini sudah banyak UMKM yang melek digital. Pasalnya saat ini UMKM yang sudah memasarkan produknya secara online lebih dari 10 juta UMKM.

"Sekarang udah 16 persen atau sudah 10,25 juta pelaku UMKM sudah terhubung go digital. Dengan pandemi covid ini penjualan online meningkat, dan UMKM yang terhubung plat form digital, padahal target kita akhir tahun 10 juta," ucap dia

Teten menambahkan, dengan cepatnya perkembangan digital di dalam negeri, maka diperkirakan mempunyai data digital terbesar di Asia Tenggara.

Baca Juga: Pemerintah Alokasikan Rp 122 Triliun untuk Bantuan UMKM

"Kami melihat digitalisasi program transformasi UMKM, kenapa? karena selain merespon adaptasi baru ini, yang memang lebih aman belanja online ini akan jadi tren baru. Data digital terbesar di Asia tenggara Rp 14 ribu triliun. Kita sedang mengantisipasinya agar market tak didominasi produk asing," pungkasnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI