Suara.com - Kilau emas dunia kian meredup karena kalah untung dengan mata uang dolar AS yang mulai memulihkan posisi pelemahannya pada akhir pekan lalu. Tetapi ketidakpastian menuju pilpres di USA pada 3 November membatasi koreksi harga emas.
Mengutip CNBC, Senin (26/10/2020) harga logam kuning di pasar spot turun 0,4 persen ke harga 1.896,84 dolar AS per ounce. Sementara harga emas di pasar futures Amerika Serikat (AS) turun 0,3 persen ke harga 1.898,40 dolar AS per ounce.
Pergerakan harga emas benar-benar mencerminkan nilai tukar dolar AS pada saat ini," kata kepala analis logam mulia BMO, Tai Wong.
Harga emas terus berada dalam koridor 1.890 dolar AS per ounce hingga 1.930 dolar AS per ounce.
Baca Juga: Turun Lagi, Harga Emas Antam Dibanderol Rp 1.007.000 per Gram
“Harga emas masih tertahan di kisaran rendah karena menunggu kepastian stimulus fiskal.
"Optimisme stimulus memudar setelah Direktur Dewan Ekonomi Nasional Larry Kudlow mencatat bahwa negosiasi masih berada dalam taraf ketidaksepakatan,” kata analis senior OANDA, Edward Moya.
Emas telah naik sekitar 25 persen sepanjang tahun ini mengingat statusnya sebagai lindung nilai inflasi di tengah pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia.
"Nasib emas akan ditentukan pada Hari Pemilu, gelombang biru menandakan stimulus besar dan menyambut level harga 2.000 dolar AS sementara kemenangan Biden disertai Republikan mempertahankan Senat menunjukkan kenaikan yang lebih lambat," kata Moya.
Sementara logam lainnya perak turun 1,2 persen menjadi 24,46 dolar AS per ounce. Platinum naik 2 persen ke harga 902,44 dolar AS dan paladium turun 0,3 persen ke posisi 2.367.44 dolar AS.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Anjlok 1 Persen di Tengah Menguatnya Dollar AS