Hari Pangan Sedunia Diperingati, Bagaimana soal Kesejahteraan Petani

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 16 Oktober 2020 | 13:48 WIB
Hari Pangan Sedunia Diperingati, Bagaimana soal Kesejahteraan Petani
Ratusan petani yang berasal dari Kecamatan Sindangresmi, Kabupaten Pandeglang yang tergabung dalam Gerakan Petani Sindangresmi (GPS) melakukan unjuk rasa di depan Kantor Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Pandeglang (Bantennews)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari Pangan Sedunia diperingati setiap 16 Oktober. Berbicara soal pangan, yang tidak mungkin dilewatkan yakni nasib para petani.

Ketua Tani Center LPPM IPB Hermanu Triwidodo mengatakan, pembentukan konsep korporasi pertanian mendorong petani dapat lebih terlibat tidak hanya pada produksi atau kegiatan hulu, tetapi juga hilir.

Hermanu menjelaskan bahwa dalam konsep korporasi tani tersebut, Pemerintah maupun pelaku usaha harus melibatkan kepentingan petani sebagai subyek pembangunan pertanian dan penyedia pangan bangsa.

"Misal ada semacam korporsi itu bagus-bagus saja, tetapi jangan petaninya hilang. Orang lupa bahwa petani perlu tanah untuk bisa hidup. Apakah ada (korporasi) itu petani kepemilikannya bisa menjadi luas, banyak hal-hal yang terlewat," kata Hermanu di Jakarta, Jumat (16/10/2020).

Baca Juga: Sejarah Hari Pangan Sedunia, Solidaritas Global Hadapi Masalah Kelaparan

Dalam konteks membangun ekosistem bisnis bagi petani, seperti yang diinginkan Presiden Joko Widodo, Hermanu menilai bahwa Pemerintah perlu mengevaluasi berbagai kebijakan yang bisa saja kontraproduktif dengan kesejahteraan petani.

Menurut dia, sejumlah undang-undang (UU) perlu disederhanakan, mulai dari UU Pokok Agraria, UU Kehutanan, UU Sistem Budidaya Berkelanjutan hingga UU Hortikultura.

Sementara itu, salah satu petani muda Pematang Siantar, Apni Naibaho menilai bahwa korporasi pertanian memang diperlukan, hanya saja harus disesuaikan dengan kebutuhan petani di masing-masing daerah.

Menurut dia, selama ini peran pemerintah setempat dalam menguatkan ekosistem pertanian belum banyak terlihat. Bahkan di daerahnya sendiri, para petani organik harus mampu mencari pasar sendiri karena belum terbentuk paguyuban atau kelompok tani.

"Campur tangan pemerintah daerah memang belum ada, karena para petani lebih banyak mencari solusi sendiri, mencari pasar sendiri. Memang seharusnya ada peran pemerintah yang memperhatikan agar pertanian ini bisa berkelanjutan," kata Apni.

Baca Juga: Hari Pangan Sedunia, Produksi Gabah Kering Giling Sumsel Naik 3,59%

Peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini sangat penting dilakukan di tengah ancaman kerawanan pangan dan kelaparan akibat pandemi COVID-19.

Pada tingkat global, peringatan tahun ini bertema "Grow, nourish, sustain. Together. Our actions are our future". Tema ini sangat relevan dengan kondisi kekinian ketika sistem pangan pada tingkat global dan nasional goyah. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI