Suara.com - Harga minyak dunia merosot hampir 2 persen setelah Presiden Donald Trump memupuskan harapan untuk paket stimulus yang lain guna mendongkrak ekonomi yang terpukul virus corona.
Selain itu, pasar juga tertekan setelah persediaan minyak mentah Amerika mengalami kenaikan dalam seminggu terakhir.
Mengutip CNBC, Kamis (8/10/2020) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 66 sen, atau 1,6 persen menjadi 41,99 dolar AS per barel.
Sedangkan patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), juga ikutan turun 72 sen, atau 1,8 persen menjadi 39,95 dolar AS per barel.
Baca Juga: Meksiko Diserang Badai Lagi, Harga Minyak Meroket 3 Persen
Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows pesimis kesepakatan komprehensif dapat dicapai pada bantuan keuangan Covid-19 lebih lanjut.
Harga minyak juga terpukul oleh lonjakan persediaan minyak mentah Amerika yang lebih besar dari perkiraan.
Persediaan minyak mentah naik 501.000 barel pekan lalu, menurut data pemerintah, dibandingkan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk peningkatan 294.000 barel.
Sementara, stok bensin turun 1,4 juta barel dalam sepekan menjadi 226,8 juta barel, tingkat terendah sejak November, dibandingkan ekspektasi penyusutan 471.000 barel. Stok produk distilasi berkurang 962.000 barel, sejalan dengan ekspektasi.
Perusahaan energi mengamankan anjungan lepas pantai dan mengevakuasi pekerjanya yang keenam kalinya tahun ini, karena Badai Delta mengancam produksi minyak Amerika di Teluk Meksiko.
Baca Juga: Bukan Minyak Goreng, Ini Pemicu Kolesterol yang Sesungguhnya
Badai tersebut menutup 29 persen produksi minyak lepas pantai di Teluk, yang menyumbang 17 persen dari total produksi minyak mentah Amerika.
Di Norwegia, serikat pekerja Lederne mengatakan mereka akan memperluas aksi mogok hingga 10 Oktober kecuali kesepakatan soal upah dapat dicapai.
Enam ladang minyak dan gas lepas pantai ditutup karena aksi mogok tersebut, memotong kapasitas produksi Norwegia sebesar 8 persen.
Ladang minyak Johan Sverdrup Norwegia, ladang minyak terbesar di Laut Utara dengan kapasitas produksi hingga 470.000 barel minyak per hari, kemungkinan harus menghentikan produksi kecuali pemogokan berakhir pada 14 Oktober, kata operator Equinor.