Suara.com - Nilai tukar rupiah terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini, Jumat (2/10/2020).
Mengutip Bank Indonesia (BI) kurs tengah acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate/Jisdor rupiah terdepresiasi sebesar 14 poin ke level Rp 14.890 per dolar AS dari posisi sebelumnya di level Rp 14.876 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah langsung dibuka di level Rp 14.842 per dolar AS atau lebih tinggi dari penutupan kemarin di level Rp 14.835 per dolar AS.
Pada pukul 10:00 WIB, rupiah masih bertengger di level Rp 14.849 per dolar AS, melemah 10 poin atau 0,07 persen.
Baca Juga: Kesepakatan Stimulus AS Berhenti, Rupiah Diprediksi Melemah
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah kali ini disebabkan belum tercapainya kesepakatan paket stimulus ke-2 Amerika Serikat (AS) sehingga membuat dolar AS menguat.
"Dolar AS terlihat menguat lagi hari ini menyusul belum tercapainya kesepakatan paket stimulus ke-2 AS antara Demokrat dan Republik," kata Ariston dalam analisanya.
Ia menjelaskan, pagi ini, DPR AS yang dikuasai Demokrat tetap mengesahkan proposal 2,2 triliun dolar AS yang belum disetujui Republik.
Sehingga, pasar khawatir negosiasi stimulus akan mengalami kebuntuan lagi karena dua kubu sama-sama bersikeras dengan proposalnya masing-masing. Padahal stimulus diperlukan untuk membantu pemulihan ekonomi AS di masa pandemi.
Hal ini bisa mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar AS hari ini.
Baca Juga: RI-Cina Dagang Pakai Rupiah dan Yuan, Denny: Bakal Ada Teriakan Dasar Aseng
Selain itu, terang Ariston, ditambah data deflasi kemarin juga bisa menekan rupiah karena deflasi bisa mengindikasikan ekonomi Indonesia belum pulih.
"Potensi Rupiah hari ini di kisaran Rp 14.800 - Rp 14.900," ujar Ariston.