Alasan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mematok angka tersebut karena pemulihan ekonomi pada kuartal tersebut masih jauh dari harapan.
Semisal tentang konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh negatif, meski pertumbuhannya lebih baik ketimbang kuartal sebelumnya.
Kedua, konsumsi pemerintah di kuartal III-2020 naik tajam seiring percepatan realisasi belanja pemerintah. Ketiga, investasi sedikit lebih baik, tapi masih lemah tercermin dari indikator aktivitas bangunan, impor barang modal, dan penjualan kendaraan niaga.
"Perbaikan aktivitas ekonomi masih tertahan membuat investasi masih wait and see," katanya.
Keempat, perdagangan internasional masih turun tajam, terutama perbaikan PMI mempengaruhi walau pun masih tumbuh negatif.
Kelima, aktivitas pariwisata masih rendah, menekan sektor transportasi, hotel dan restoran. Keenam, sektor pertanian, informasi dan komunikasi dan berbagai sektor jasa mampu tumbuh positif.