Suara.com - Kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Agustus 2020 boleh dibilang tak begitu menggembirakan, pasalnya kinerja kedua indikator pertumbuhan ekonomi tersebut masih jauh dari harapan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kegiatan ekspor pada bulan tersebut anjlok 8,36 persen yang lebih parah lagi kinerja impornya yang harus anjlok cukup dalam sebesar 24,19 persen.
Dengan hasil ini tentunya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III nanti makin mendekatkan perekonomian nasional pada jurang resesi.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto hanya bisa mengatakan bahwa pemerintah Indonesia harus bisa lebih cepat lagi dalam membuka kran ekspor ke sejumlah negara.
"Kita berharap ekspor kita ke depan akan semakin baik, karena tentunya akan membuat surplus (neraca dagang) juga ikutan meningkat," kata Kecuk dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (15/9/2020).
Kecuk menjelaskan, secara rinci kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai 13,07 miliar dolar AS atau turun 9,94 persen dari bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas sebesar 12,46 miliar dolar AS atau turun 4,35 persen.
Sementara secara tahunan, nilai ekspor migas turun 27,45 persen dan non migas turun 7,16 persen.
"Jadi setelah dua kali ekspor naik di Juni-Juli, pada Agustus ini turun 4,5 persen," kata Kecuk.
Sedangkan dari sisi impor pada bulan Agustus 2020 masih jauh dari kata normal, pasalnya selama bulan tersebut kinerja impor masih anjlok 24,19 persen secara tahunan atau year on year.
Baca Juga: RI Punya Waktu Sampai Akhir September Cegah Masuk Jurang Resesi
Adapun, jika dibandingkan dengan Juli tahun ini, nilai impor Agustus 2020 tercatat naik 2,65 persen dari 10,46 miliar dolar AS.