Data BPS, Ekspor Impor RI di Agustus 2020 Masih Nyungseb

Selasa, 15 September 2020 | 13:19 WIB
Data BPS, Ekspor Impor RI di Agustus 2020 Masih Nyungseb
Kepala BPS Suhariyanto. [Suara.com/Stephanus Aranditio]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kegiatan impor pada Agustus 2020 masih jauh dari kata normal, pasalnya selama bulan tersebut kinerja impor masih anjlok 24,19 persen secara tahunan.

Adapun, jika dibandingkan dengan Juli tahun ini, nilai impor Agustus 2020 tercatat naik 2,65 persen dari 10,46 miliar dolar AS.

"Impor pada Agustus ini secara yoy turun 24,19 persen yang dipengaruhi penurunan migas dan nonmigas," kata kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (15/9/2020).

Kecuk menjelaskan impor nonmigas Agustus 2020 mencapai 9,79 miliar dolar AS angka ini naik 3,01 persen dibandingkan Juli 2020, namun dibandingkan Agustus 2019 turun 21,91 persen.

Baca Juga: BPS Rilis Neraca Dagang Agustus 2020 Surplus 2,33 Miliar Dolar AS

Begitu juga dengan impor migas Agustus 2020 senilai 0,95 miliar dolar AS atau turun 0,88 persen dibandingkan Juli 2020. Demikian pula jika dibandingkan Agustus 2019 turun 41,75 persen.

Peningkatan impor nonmigas terbesar Agustus 2020 dibandingkan Juli 2020 adalah golongan besi dan baja senilai 89,2 juta dolar AS (23,31 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal, perahu, dan struktur terapung senilai 60,8 juta dolar AS (40,96 persen).

Sementara itu, tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Agustus 2020 adalah Tiongkok senilai 24,72 miliar dolar AS (29,90 persen), Jepang 7,31 miliar dolar AS (8,84 persen), dan Singapura 5,41 miliar dolar AS (6,55 persen).

Impor nonmigas dari ASEAN senilai 15,61 miliar dolar AS (18,89 persen) dan Uni Eropa senilai 6,61 miliar dolar AS (7,99 persen).

Selain kinerja impor yang turun, kinerja ekspor Indonesia pada Agustus 2020 juga masih dalam tren negatif akibat pagebluk virus corona atau Covid-19, dimana pada bulan tersebut kinerja ekspor turun 8,36 persen.

Baca Juga: Komisi XI Setujui 13,74 Persen Kenaikan Anggaran BPS

Adapun dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kinerja ekspor juga masih turun sebesar 4,62 persen.

Suhariyanto mengatakan, penurunan nilai ekspor ini dikarenakan kedua komoditas yakni migas dan non migas yang mengalami penurunan dibandingkan bulan Juli. Adapun sektor migas mengalami penurunan 9,94 persen, lalu sektor non migas mengalami penurunan 4,35 persen.

Sementara secara tahunan, ekspor pada bulan ke delapan mengalami kontraksi karena ekspor migas turun sebesar 27,23 persen dan nonmigas susut 7,16 persen.

"Ekspor yang turun dua komoditas, migas dan nonmigas. Nonmigas turun dipengaruhi komoditas logam mulia, minyak nabati, mineral besi dan baja, serta alas kaki," kata Kecuk.

Kecuk menjelaskan ekspor pertanian turun karena didorong oleh obat aromatik dan rempah-rempah, tembakau, kopi, mutiara, dan kepiting.

Sektor industri pengolahan negatif karena beberapa komoditas, seperti logam dasar mulia, kelapa sawit, dan sepatu olahraga.

"Untuk pertambangan, komoditas yang turun seperti batu bara, kemudian biji besi," katanya.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Agustus 2020 mencapai 103,16 miliar dolar AS atau menurun 6,51 persen dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 97,90 miliar dolar AS atau menurun 4,38 persen.

Penurunan terbesar ekspor nonmigas Agustus 2020 terhadap Juli 2020 terjadi pada logam mulia, perhiasan/permata sebesar 169,6 juta dolar AS (16,62 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih, terak, dan abu logam sebesar 102,2 juta dolar AS (50,22 persen).

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari– Agustus 2020 turun 1,18 persen dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya turun 22,45 persen, sementara ekspor hasil pertanian naik 8,59 persen.

Dari sisi negara, ekspor nonmigas Agustus 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu 2,46 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat 1,62 miliar dolar AS dan Jepang 0,98 miliar dolar AS, dengan kontribusi ketiganya mencapai 40,68 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar 1,02 miliar dolar AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI