Suara.com - Harga minyak mentah menguat pada trading akhir pekan lalu seiring penguatan yang terjadi di pasar saham.
Meski demikian, harga minyak mentah masih berada di jalur pelemahan karena para investor memperkirakan banjir pasokan global yang berkepanjangan jika demand terus melemah dibarengi dengan kasus baru virus corona di banyak negara.
Mengutip CNBC, Senin (14/9/2020) minyak mentah Brent naik 16 sen atau 0,4 persen menjadi 40,22 dolar AS per barel. Minyak mentah AS naik 3 sen atau 0,08 persen, lebih tinggi pada 37,33 dolar AS.
Infeksi virus corona tumbuh lebih cepat di India dari pada di tempat lain, dan kementerian kesehatan melaporkan rekor lompatan harian 96.551 kasus baru pada hari Jumat, menjadikan total resmi menjadi 4,5 juta.
Baca Juga: Pagebluk Corona Makin Mengkhawatirkan, Harga Minyak Turun ke Level Terendah
Pasar saham AS menguat, setelah sempat mundur di sesi sebelumnya. Namun, tiga indeks saham utama AS juga menuju penurunan mingguan kedua berturut-turut karena indikator ekonomi baru-baru ini menunjukkan pemulihan yang lama dan sulit akibt pandemi.
"Pasar keuangan terus mengatur suasana, termasuk di pasar minyak, kekhawatiran tentang kelebihan pasokan telah menambah perasaan ketidakpastian secara umum," kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.
Juga untuk meredam suasana pasar, Senat AS membatalkan RUU Partai Republik yang akan menyediakan stimulus sekitar 300 miliar dolar AS untuk mengatasi krisis akibat virus corona.
Di Amerika Serikat, stok minyak mentah naik minggu lalu, berlawanan dengan ekspektasi, karena kilang perlahan kembali beroperasi setelah lokasi produksi ditutup karena badai di Teluk Meksiko dan kawasan yang lebih luas.
Seiring sinyal bearish lebih lanjut, pedagang mulai memesan kapal tanker lagi untuk menyimpan minyak mentah dan solar, di tengah pemulihan ekonomi yang terhenti karena pandemi COVID-19 berlanjut.
Baca Juga: Elnusa Petrofin Ciptakan FIN OSD untuk Atasi Tumpahan Minyak
Peningkatan stok kemungkinan akan menjadi subjek pada pertemuan pada 17 September Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia.
Kelompok yang dikenal sebagai OPEC + telah menahan pasokan untuk mengurangi persediaan, tetapi analis mengatakan pertemuan itu kemungkinan akan fokus pada kepatuhan di antara anggota, daripada pemotongan yang lebih dalam.
Menyusul Arab Saudi, Kuwait juga menurunkan harga jual resminya ke Asia untuk Oktober, untuk mengimbangi permintaan yang lebih lambat.