BSSN Sebut Sampel Malware Adalah Aset Berharga

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 04 September 2020 | 05:42 WIB
BSSN Sebut Sampel Malware Adalah Aset Berharga
Serangan mobile malware kuartal pertama 2020. [Phonearena]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Deteksi Ancaman Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Dr Sulistyo mengatakan, BSSN telah mengumpulkan lebih dari 5600 sampel malware yang dijaring melalui program Indonesia HoneyNet Project (IHP).

Malware tersebut kemudian dipelajari dan dianalisis lebih lanjut untuk berbagi informasi dengan multi stakeholder di Tanah Air.

"Sekarang makin banyak pihak yang kerjasama dengan kami terkait HoneyNet ini. Karena di situ kan ada berbagai varian virus. Ada virus yang benar-benar baru dan ada virus lama yang merupakan modifikasi," kata Sulistyo dalam acara webinar SIBERMINBaper bertajuk “Kita dan Malware” yang digelar BSSN melalui platform konferensi video Jumpa.id ditulis Jumat (4/9/2020).

Sejauh ini terdapat tiga fokus sharing informasi yang dilakukan BSSN yaitu sektor pemerintah, sektor UKM, dan sektor infrastruktur kritis.

Baca Juga: Malware Berbahaya Muncul di Mac, Apple Dituding Beri Izin Resmi

HoneyNet yang beroperasi melalui pemasangan HoneyPot di 56 titik telah memetakan karakteristik dan jenis serangan siber ke Indonesia yang kebanyakan melalui penyebaran Malware.

"Kami sudah punya sampel unik, kami sudah tahu TTP malware-nya seperti apa, kemudian bagaimana komunikasi dengan server induknya, penyebaran malware-nya kemana. Nah, informasi ini kami kirim sebagai peringatan bersama," ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Utama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Syahrul Mubarak kembali mengingatkan salah satu ancaman siber yaitu cepatnya perkembangan malicious software (malware) atau perangkat lunak berbahaya sehingga kian sulit terdeteksi oleh piranti anti-malware.

“Berbagai literatur, laporan penelitian, serta tren sharing platform menunjukkan bahwa malware merupakan salah satu ancaman siber yang kini berevolusi sangat cepat yang bahkan menyebabkan perangkat anti-malware tertinggal jauh sehingga tidak mampu mendeteksi adanya malware dalam suatu sistem komputer,” ujar Syahrul saat membuka diskusi online SiberminBaPer.

Sebagai institusi pelaksana keamanan siber di Indonesia, BSSN telah menjalankan program Honeynet Project sejak 2018. Program ini berupaya memetakan serangan siber, termasuk darimana asal serangan, jenis, metode serangan, identitas, hingga pelaku serangan.

Baca Juga: Waspada, Malware Pencuri Uang Gemar Menyerang Ponsel Murah

Honeynet Project tidak hanya dimanfaatkan untuk dasar pembuatan kebijakan keamanan siber nasional di BSSN saja, tapi bisa diimplementasikan oleh institusi atau lembaga lain.

“Produk Honeynet Project tersebut bisa juga dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan keamanan siber seperti misalnya institusi pemerintah, akademisi, peneliti, sektor bisnis, untuk keperluan menyusun keamanan siber di sektornya masing-masing,” kata Syahrul.

Menurut Syahrul, data-data yang didapatkan dari mendeteksi ancaman siber melalui Honeynet Project ini harus dianggap sebagai aset penting untuk kepentingan mengamankan diri sendiri tanpa bergantung sama pihak luar.

“Data malware dan karakteristiknya tersebut adalah salah satu aset berharga yang perlu dikelola dengan baik. Untuk keperluan kemandirian bangsa Indonesia dalam mengembangkan kemampuan menjaga keamanan ranah siber dengan mengedepankan kedaulatan tanpa bergantung pada pihak asing,” ujarnya.

Syahrul pun mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap waspada terhadap ancaman siber yang terus berkembang.

“Ancaman kedaulatan akan terus berubah mengikuti perubahan zaman, kita harus tetap waspada. Kekuatan bangsa Indonesia terbangun dari gabungan kekuatan setiap individu warga negaranya, mari rapatkan barisan, samakan langkah, berkolaborasi dengan BSSN dalam memperkuat keamanan dan ketahanan siber Indonesia," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI