Suara.com - Harga emas dunia perlahan mulai redup. Kejatuhan harga emas ini disebabkan menguatnya dolar AS dan data manufaktur AS yang lebih baik dari perkiraan meningkatkan harapan tentang pemulihan ekonomi Amerika.
Mengutip CNBC, Rabu (2/9/2020) harga emas di pasar spot naik 0,1 persen ke level 1.970,55 dolar AS per ounce setelah mencapai level tertinggi sejak 19 Agustus di posisi 1.991,91 dolar AS per ounce.
Sedangkan emas berjangka Amerika Serikat ditutup flat di 1.978,90 dolar AS per ounce.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY) naik 0,2 persen terhadap rival utamanya, pulih dari level terendah lebih dari dua tahun pada awal sesi.
Baca Juga: Emas Mahal Selama Pandemi, Ini yang Wajib Diketahui Sebelum Membeli
Selain itu, juga terbebani dengan saham global yang menguat setelah aktivitas manufaktur AS melaju ke level tertinggi dalam hampir dua tahun pada Agustus, menurut data Institute for Supply Management (ISM).
The Fed pekan lalu mengumumkan kebijakan target inflasi rata-rata, yang akan memungkinkan suku bunga tetap rendah bahkan jika inflasi naik sedikit di masa mendatang.
Emas akan tetap didukung dalam lingkungan ekspektasi inflasi yang meningkat dan dolar AS yang lebih rendah, kata Daniel Ghali, analis TD Securities.
Emas, yang melambung sekitar 30 persen sejauh tahun ini, dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, sementara suku bunga yang lebih rendah mengurangi opportunity cost untuk memegang bullion yang tidak memberikan imbal hasil.
Logam lainnya, perak naik 0,2 persen menjadi 28,27 dolar AS per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 11 Agustus. Platinum melesat 1,4 persen menjadi 942,09 dolar AS per ounce dan palladium melonjak 1,5 persen menjadi 2.277,11 dolar AS per ounce.
Baca Juga: Harga Emas Antam Anjlok Rp 10.000 per Gram di Awal September