Ekonom UI Sebut Menko Airlangga Tak Paham Resesi; Pemahamannya Nol Besar

Senin, 31 Agustus 2020 | 18:27 WIB
Ekonom UI Sebut Menko Airlangga Tak Paham Resesi; Pemahamannya Nol Besar
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri. (Suara.com/Achmad Fauzi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonom Senior Faisal Basri mengkritisi pemahaman Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto soal resesi ekonomi.

Menurut Faisal, Airlangga tak paham dengan pengertian resesi ekonomi.

Faisal menjelaskan, dalam pemahamannya ekonomi dikatakan resesi jika dalam dua bulan pertumbuhan ekonominya minus.

"Konsensus yang umum di media, kalau dua triwulan berturut turut minus. Saya katakan, kata Airlangga kalau minusnya turun nggak resesi, ya nggak ada itu. Itu ketua komite kebijakan. Mahfud MD kemarin bilang 99,9 persen resesi," ujar Faisal dalam rapat dengar pendapat dengan komisi VI DPR RI, Senin (31/8/2020).

Baca Juga: Ekonom Sebut Dibandingkan India, Indonesia Kalah Berlari Lawan Corona

Faisal yang juga Ekonom Senior INDEF ini menuturkan, ancaman resesi itu sangat nyata dirasakan Indonesia.

Ia membeberkan, laju turis yang masuk Indonesia anjlok 80 persen.

Kemudian, lanjutnya, meski ekonomi membaik, tetapi terdapat perubahan konsumsi masyarakat sehingga membuat ekspor dan impor turun.

Ia pun memperkirakan, pada kuartal III pertumbuhan ekonomi minus tiga persen, sehingga Indonesia dinyatakan sebagai negara resesi.

"Tapi kata menko itu nggak resesi. Menko aja, pemahaman resesinya nol besar. Kata menko, kalau triwulan II 5,3 persen  minusnya, triwulan III minus 5, itu engga resesi, karena minusnya turun, ngerti nggak pak? Komandan ekonominya engga ngerti resesi apa," ucap Faisal.

Baca Juga: Banyak Menteri Beda Suara soal Masalah Ekonomi, Luhut: Kita Harus Kompak!

Dalam hal ini, Faisal meminta pemerintah harus ubah pola pikir agar tak melulu menargetkan tak resesi pada kuartal III 2020.

Pemerintah, tambahnya, harusnya fokus dalam penanganan Covid-19 agar kasus tak makin banyak dan ekonomi bisa pulih cepat.

"Kalau skenario yang bapak-bapak bayangkan, barangkali ekonomi cepat pulih, tapi virusnya meningkat lagi, jadi huruf W nanti kita, bukan huruf V. Huruf W ini lebih ngeri. seperti Iran. karena dia sudah masuk gelombang tiga. Akibatnya, kita solid, 2021 kita tumbuh. kali ini, believe me," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI